Powered By Blogger

Kamis, 13 Maret 2014

PERKEMBANGAN PADA USIA MASA REMAJA

PEMBAHASAN
 A.    Pengertian Perkembangan
 Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “ berkembang” menurut kamus besar bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, fikiran, pengetahuan dan sebagainya. Dengan demikian kata  “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak seperti fikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
 B.     Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
 Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990). C.    Tujuan Tugas Perkembangan
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai dua macam tujuan yang sangat berguna :
1.      sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan tersebut pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya.
2.      Dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya. Penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam tingkat ketegangan emosional.
 A.    Teori Perkembangan Kognitif
 Piaget dan Kognisi Remaja Jean Piaget (1896-1980) mengemukakan empat tahap perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.  Tahap sensorimotor berlangsung sejak lahir hingga usia 2 tahun, tahap praoperasional berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun, tahap operasional konkret pada usia 7 hingga 11 tahun, dan yang terakhir tahap operasional formal yang berlangsung pada masa remaja, usia 11 hingga 15 tahun. Pada tahap terakhir tersebut, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kecerdasan kognitif manusia pada tahap remaja ini telah sampai ke tahap maksimal. Tahap kognitif ini menunjukkan para remaja berfikir tentang fikiran itu sendiri, mempelajari tatabahasa yang kompleks, konsep matematik dan mengendalikan tugas mental dengan menggunakan konsep serta fikiran yang kompleks. Individu telah dapat mencari jalan untuk menyelesaikan masalah berdasarkan rasional dan lebih bersifat sistematik.   B.     Implikasi Perkembangan Kognitif Pada Remaja Perkembangan kognitif remaja ditandai dengan pemikirannya yang lebih abstrak, idealistis, dan logis daripada saat masih anak-anak. Pada saat itu pula remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus (adolescence egocentrism) yang disarankan oleh Elkind,(1967). Mereka sering merasa diperhatikan lingkungannya baik diri, tingkahlaku, penampilan, perbuatan dan sifat mereka.
  C.    Prestasi dan Perkembangan Karier Prestasi Remaja adalah masa yang penting dalam hal prestasi (Henderson & Dweck, 1990). Tekanan sosial dan akademik memaksa remaja untuk berprestasi dalam cara-cara yang baru. Sanggup tidaknya remaja beradaptasi secara efektif pada tekanan akademik dan sosial ditentukan oleh faktor psikologis dan motivasi. Motivasi adalah mengapa individu bertingkah laku, berpikir, dan memiliki perasaan dengan cara yang mereka lakukan, dengan penekanan pada aktivasi dan arah dari tingkah lakunya. Setiap remaja memiliki keinginan berprestasi yang berbeda-beda ada yang tinggi, sedang, dan biasa-biasa saja. Mereka itu memiliki motivasi berprestasi yang berbeda. Motivasi berprestasi (achievement motivation) adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Menurut Matina Horner (1972), perempuan tidak memiliki ungkapan gambaran prestasi yang sama dengan pria. Itu dikarenakan adanya ketakutan akan kesuksesan (fear of succes) yaitu kekhawatiran individu bahwa ia akan ditolak oleh lingkungan sosialnya jika ia sukses. Beberapa tahun kemudian, diketahui bahwa lelaki juga mengalami ketakutan yang sama dengan alasan takut usahanya akan berakhir pada akhir yang tidak memuaskan. Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk menemukan apa yang menjadi penyebab tingkah laku sebagai bagian dari upayanya untuk memahami tingkah laku tersebut. Aspek yang sangat penting dari penyebab internal dalam berprestasi adalah usaha. Motivasi berprestasi dibagi menjadi dua jenis utama : motivasi intrinsik yaitu keinginan dalam diri untuk menjadi kompeten dan melakukan sesuatu demi usaha itu sendiri; dan motivasi ekstrinsik adalah keinginan untuk mencapai sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan penghargaan eksternal atau untuk menghindari hukuman eksternal, contohnya memberi hadiah bagi remaja berprestasi. Yang berkaitan erat dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, atribusi dari penyebab internal perilaku dan pentingnya usaha berprestasi adalah orientasi keahlian. Orientasi keahlian menggambarkan anak-anak atau remaja yang berorientasi pada tugas. Mereka disamping terfokus pada kemampuan juga memperhatikan strategi belajarnya. Sedangkan orientasi ketidakberdayaan menandakan remaja yang terjebak dalam kesulitan, mereka menyalahkan ketidakmampuan mereka. Kedua hal tersebut adalah dua respon berbeda yang ditunjukkan remaja pada kondisi sulit dan menantang. Perhatian khusus diberikan pada prestasi remaja dari berbagai etnis. Sebenarnya prediksi yang paling tepat dibanding etnis adalah kelas sosial. Remaja kelas menengah tampil lebih baik dibanding rekan mereka yang berasal dari kelas ekonomi lemah dalam hal prestasi. D.    Pekembangan emosi
 Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.
1.      Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.

Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : Mengenali emosi diriKesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.Mengelola emosi Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.Memotivasi diri Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.Mengenali emosi orang lain Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.Membina hubungan dengan orang lain Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.  E.     Perkembangan Hubungan Sosial Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan .Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
 Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
 F.     Perkembangan moral
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentengan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Disis lain tiadanya moral ini sering kali di anggap sebagai faktir penyabab meningkatnya kenakalan remaja.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.    KISI – KISI PERTAYAANØ  Pertayaan I
o   Apa saja perkembangan ayang sangat menonjol atau tampak pada usia remaja saat ini ?
o   Bagaimana cara mengontrol individu remaja dengan perkembangan teknologi saat ini yang sangat pesat ?
o   Apa saja kendala atau hambatan dalam memberikan pelayanan dan pengawasan pada siswa ?
o   Motivasi dan solusi seperti apa yang anda berikan dalam menangani kenakalan remaja ?
o   Lingkungan sekolah merupakan tempat untuk bekal dalam kehidupan selanjutnya, bagaimana cara anda menerapkan prinsip – prinsip pembelajaran untuk bekal kehidupan yang akan dating ?
o   Apa yang anda lakukan ketika ada siswa yang emosinya sedang memuncak ?
o   Bagaimana perkembangan perilaku pada siswa di sekolah ini ?
o   Bagaimana car menerapkan moral yang baik pada siswa ?
 Ø  Pertayaan II
o   Pada saat anda emosi apakah anda bias mengontrolnya ?
o   Apakah anda sudah menemukan jati diri anda sekarang ini ?
o   Pada usia sekarang apakah anda bias beradaptasi dengan linkungan sekitar ?  jelaskan alasanya !
o   Jelaskan kelemahan dan kelebihan yang anda miliki ?
o   Apakah anda dapat menerima keadaan anda sekarang ?
o   Apakah anda mempunyai keinginan yang akan anda capai dimasa yang akan dating /
o   Apa motivasi anda untuk masa depan anda ?
o   Bagaimana cara anda mengelola emosi pada diri anda ?
 DAFTAR PUSTAKA Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.Ali, Mohammad. Psikologi Perkembangan : Aksarahttp://lmupsikologi.wordpress.com/2009/12/11/tugas-perkembangan-remaja/http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/tugas-tugas-perkembangan remaja.htmlhttp://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.htmlhttp://downixs.wordpress.com/2010/01/06/tugas-perkembanganremaja/#more-290http://darsanaguru.blogspot.com/2008/03/perkembangan-psikologi-remaja.htm

Tidak ada komentar: