A. Judul :
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP
B. Bidang Kajian : Pengaruh
layanan BK Kelompok Pada Minat Belajar Siswa
C. Latar
Belakang Masalah
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid
sebagai peserta didik. Apabila peserta didik tidak memiliki minat dalam belajar
maka hasil belajar yang diperoleh tidak akan bisa optimal. Belajar merupakan
proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan
sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan
manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu
maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara
terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas
hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam
mentransmisi budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam
dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan
demikian, belajar membawa perubahan bagi si pelaku. Baik perubahan pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan.
Belajar
adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan diri dari beberapa hal
yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar. Banyak orang yang belajar
dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa hanya kegagalan yang
ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin,
dan kurang semangat, tidak tahu bagaimana cara berkonsentrasi dalam belajar,
mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam belajar, kurangnya minat dalam
belajar, dan tidak adanya motivasi dalam diri individu tersebut. SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes
Minat
adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Minat berperan
sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar
terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan
berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat dalam belajarnya.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik
sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan
mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
Akan
tetapi di era globalisasi ini para peserta didik mengalami minat belajar yang
rendah dikarenakan jenuh
dalam belajarnya, karena pergaulan, motivasi belajar yang rendah,
kesehatan fisik, kompetensi/kemamapuan yang dimiliki peserta didik, fasilitas yang dimiliki,
jarang masuk sekolah, tidak tertarik pada mata pelajaran tersebut dan
sebagainya. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan
guru pembimbing di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes diperoleh
data bahwa siswa kelas VIII SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes mempunyai
masalah minat belajar yang kurang, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor
antara lain: masih rendahnya prosentase untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi sehingga siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar lebih giat lagi,
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, letak/ lokasi
sekolah yang jauh dari jalan atau lokasi yang masuk ke dalam desa sehingga
menyebabkan tidak banyak siswa yang mau sekolah di SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes.
Upaya
yang dilakukan oleh pihak sekolah di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes melalui
peran guru pembimbing dalam membantu sisiwa untuk mengubah dan mengembangkan
minat belajar yang masih rendah pada siswa, kebanyakan hanya dengan menggunakan
layanan konseling individual. Upaya tersebut kurang mendapat hasil optimal,
karena layanan konseling individual itu dilakukan secara perseorangan sehingga
tidak efektif diberikan kepada siswa yang jumlahnya cukup banyak. Kegiatan
bimbingan kelompok juga belum dilaksanakan secara intensif oleh guru pembimbing
di SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes. Hal itu disebabkan karena kurangya waktu, sehingga
pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok yang belum bisa dilaksanakan dengan
baik oleh guru pembimbing.
Kegiatan
bimbingan kelompok tersebut cukup efektif membantu siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi, khususnya dalam meningkatkan dan mengembangkan minat
belajar. Dimana dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk
membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah
individu yang menjadi peserta layanan. Dinamika kelompok merupakan jiwa yang
menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Dinamika kelompok ini dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling kelompok. Manfaat yang bisa
diperoleh konseli dalam melakukan kegiatan bimbingan kelompok antara lain:
meningkatkan persaudaraan antara anggota-anggotanya, melatih keberanian konseli
dalam berbicara di depan orang banyak dalam menanggapi permasalahan yang
dialami anggota kelompok yang lain, serta melatih keberanian konseli untuk
mengemukakan masalahnya. Hasil yang bisa diperoleh dari kegiatan bimbingan
kelompok adalah konseli lebih mampu memahami diri dan lingkungannya, dan dapat
mengembangkan diri secara optimal untuk kesejahteraan diri dan kesejahteraan
masyarakat. Untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik
konselor diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dalam belajar. Dengan
bimbingan kelompok diharapkan peserta didik dapat saling bertukar pikiran dan
mengemukakan pendapat yang dimilikinya.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian ”Pengaruh Layanan
Bimbingan Kelompok Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas
VIII SMP
N 5 Brebes Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012”.
D.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat teridentifikasi permasalahan antara lain:
kegiatan bimbingan dan konseling di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes belum
mencapai hasil yang optimal, pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes belum dilaksanakan secara intensif, masih
banyak yang memiliki minat belajar yang rendah, tingkat melanjutkan sekolah
masih rendah, masih banyak siswa SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes yang
membolos saat jam pelajaran, pengaruh layanan bimbingan kelompok dalam membantu
meningkatkan minat belajar siswa.
E.
Pembatasan Masalah
Terdapat beberapa masalah
yang dapat diteliti berkaitan dengan judul yang telah dipilih sebelumnya dan
ada upaya untuk membantu minat belajar siswa yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain: media elektronik, buku,ekstrakulikuler, pengarahan
dari guru, dan lain sebagainya. Namun kenyataannya alternatif-alternatif itu
belum cukup ampuh untuk membantu minat belajar siswa di sekolah. Dalam
penelitian ini hanya akan mengungkap pengaruh layanan bimbingan
kelompok terhadap minat belajar siswa kelas VIII di SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012.
F.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah sejauh manakah pengaruh
bimbingan kelompok terhadap minat belajar siswa kelas VIII di SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes Tahun Pelajaran 2011/
2012?
G.
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh bimbingan kelompok terhadap minat belajar siswa
pada siswa kelas VIII di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes Tahun
Pelajaran 2011/
2012.
H.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan praktis.
Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling, khususnya bagi pengembangan
teori bimbingan kelompok untuk mengetahui minat belajar siswa. Manfaat praktis,
hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru pembimbing, maupun
peneliti itu sendiri. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat belajar setelah
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Bagi guru pembimbing di sekolah, sebagai
bahan masukan dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. Serta bagi
peneliti, dapat menambah pengalaman dan ketrampilan cara meningkatkan minat
belajar siswa melalui pemberian layanan bimbingan kelompok.
I.
Definisi Operasional
Variabel
a. Minat
belajar
Minat
belajar peserta didik: merupakan suatu kemauan dalam diri yang dimiliki peserta
didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan
kegiatan belajar. Minat belajar tersebut diperoleh melalui skala psikologis
minat belajar yang terdiri atas 4 pilihan jawaban antara lain: untuk pertanyaan
yang sesuai (favorable) sangat setuju (ss) dengan bobot nilai 4, setuju (s)
dengan bobot nilai 3, tidak setuju (ts) dengan bobot nilai 2, dan sangat tidak
setuju (sts) dengan bobot nilai 1 sedangkan untuk pertanyaan yang tidak sesuai
(unfavorable) sangat setuju (ss) dengan bobot nilai 1, setuju (s) dengan bobot
nilai 2, tidak setuju (ts) dengan bobot nilai 3, dan sangat tidak setuju (sts)
dengan bobot nilai 4. Hasil dari skala psikologis tersebut kemudian di analisis
dengan menggunakan menggunakan rumus uji.
b. Bimbingan
Kelompok
Bimbingan
kelompok merupakan suatu proses layanan pemberian bantuan yang diberikan oleh
guru pembimbing atau konselor kepada individu atau peserta didik dengan memanfaatkan
dinamika kelompok guna mengembangkan diri peserta didik untuk menunjang
pemahaman dan perkembangan minat belajar siswa. Teknik yang peneliti gunakan
dalam bimbingan kelompok ini yaitu berupa teknik umum dan permainan kelompok.
Teknik umum berupa komunikasi multiarah secara efektif, dinamis dan terbuka,
pemberian rangsangan kepada siswa untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan
dan diskusi, memberi dorongan minimal untuk memantapkan respon siswa dalam
mengikuti aktifitas kelompok. Permainan kelompok ini dapat berupa permainan
sederhana dan tidak membutuhkan banyak tenaga sebagai selingan supaya anggota
kelompok tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan bimbingan
kelompok ini terdiri dari empat tahap pelaksanaan yaitu tahap pembentukan,
tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Bentuk kelompok dari
bimbingan kelompok itu sendiri ada 2 macam yaitu kelompok tugas dan kelompok
bebas, kelompok tugas adalah kelompok yang membahas masalah yang berasal dari
pemimpin kelompok sedangkan kelompok babas membahas masalah yang berasal dari
anggota kelompok itu sendiri. Layanan bimbingan kelompok ini diberikan kepada
siswa kelas VIII SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes.
Adapun materi yang akan peneliti berikan yaitu materi-materi yang sesuai dengan
minat belajar seperti: cara belajar efektif dan efisien, cara belajar yang
menyenangkan, cara mengatur waktu belajar, motivasi belajar, serta pengaruh
positif dan negatif dalam belajar. Materi tersebut akan dibahas oleh anggota
kelompok dan masing-masing anggota kelompok memberikan pendapat sesuai
pernyataan yang anggota kelompok temukan dalam pengalamannya. Kegiatan
bimbingan kelompok ini direncanakan dalam 5 X pertemuan.
J. Kajian
Teori
a. Minat
belajar
i.
Pengertian
minat belajar
Menurut
Wibowo (1984: 146) minat adalah kecenderungan yang terarah pada objek orang
atau pekerjaan tertentu yang dinyatakan dalam berbagai kegiatan yang menarik
dan memuaskan dirinya. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan.
Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa,
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan
diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka
dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Winkel dan Sri Hastuti (2006: 650), menyatakan minat merupakan
kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu
bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan bidang itu.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan
pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara
terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut
Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Menurut Syah (2007: 68) belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Menurut Darsono (2000: 23) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan
individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu
tujuan yang mana tujuan belajar disini untuk mencapai perubahan tingkah laku. Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah proses dimana tingkah
laku dapat tumbuh dan diubah berdasarkan pengalaman yang telah diperolehnya. Sedangkan
yang penulis maksudkan dengan minat belajar di sini adalah suatu kemampuan umum
yang dimiliki siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat
ditunjukkan dengan kegiatan belajar.
ii.
Ciri-ciri
siswa berminat dalam belajar
Menurut
Slameto (2010: 58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan
dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, ada rasa suka dan
senang pada sesuatu yang diminati, memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan
pada sesuatu yang diminati, ada rasa keterikatan pada sesuatu
aktivitas-aktivitas yang diminati, lebih menyukai suatu hal yang menjadi
minatnya dari pada yang lainnya, serta dimanifestasikan melalui partisipasi
pada aktivitas dan kegiatan.
iii.
Membangkitkan
minat belajar siswa di sekolah
Minat
sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik
sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan
mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.
Minat
terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal
tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut
Slameto (2010: 180) proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana
penetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani
tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari
bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting,
dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa
kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk mempelajarinya. Minat pada
dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minatnya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat
dalam belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan
cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta
berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap
subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat
terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk
membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat
siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini
dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan
antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang
lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat
dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita
sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Indikator-indikator
minat belajar siswa terdiri dari: adanya perhatian, adanya ketertarikan, dan
rasa senang. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu:
perhatian terhadap bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan
soal-soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan
pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi
rasa senang mengetahui bahan belajar, memahami bahan belajar, dan kemampuan
menyelesaikan soal-soal.
b.
Bimbingan kelompok
i.
Pengertian bimbingan
kelompok
Prayitno
(1995: 178) menjelaskan bahwa bimbinhgan kelompok adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Menurut
Winkel dan Sri Hastuti (2006: 564) bimbingan kelompok merupakan salah satu
pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan
bimbingan. Menurut pendapat Romlah (2003: 3) bimbingan kelompok adalah salah
satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapt mencapai
perkembangannya secara otimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta
nilai-nilai yang di anutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan
kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan
mengembangkan potensi siswa.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok
merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok
dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan
mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki individu. Dalam kelompok ini semua
peserta bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain
sebagainya; topik yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta
lainnya. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi kelompok remaja karena memberikan
kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas
keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang berbagi pengalaman
dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya.
ii.
Tujuan layanan bimbingan
kelompok
Kesuksesan
layanan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi oleh sejauh mana keberhasilan
tujuan yang akan dicapai dalam layanan bimbingan kelompok yang diselenggarakan.
Adapun tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 178-179)
yaitu: mampu berbicara di muka orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat,
ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya kepada orang banyak,
belajar menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab atas pendapat yang
dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan
yang bersifat negatif), dapat bertenggang rasa, menjadi akrab satu sama
lainnya, membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi
kepentingan bersama.
Menurut
pendapat Romlah (2003: 14-15) bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah memberikan
kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi
pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi
dan sosial, memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok,
untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif dari
pada melalui kegiatan bimbingan individual, serta untuk melaksanakan layanan
konseling individual secara lebih efektif.
Dengan
adanya kegiatan bimbingan kelompok memungkinkan kepada individu untuk bisa
melatih diri dan mengembangkan dirinya dalam memahami dirinya sendiri, orang
lain dan lingkungannya. Adanya interaksi dan dinamika kelompok yang hidup,
memberikan stimulus dan dukungan kepada anggota kelompok untuk bisa mewujudkan
kemampuannya dalam hubungan dengan orang lain, melatih diri untuk berbicara di
depan teman-temannya dalam ruang lingkup yang berkelompok, memahami dirinya
dalam membina sikap yang responsibel dan perilaku yang normatif. Dengan
demikian bimbingan kelompok ini mempunyai tujuan yang praktis dan dinamis dalam
mewujudkan minat belajar dalam setiap individu.
iii.
Asas-asas bimbingan
kelompok
Menurut
Prayitno (1995: 179) ada empat asas-asas dalam bimbingan kelompok, yaitu: asas
kerahasiaan yaitu anggota kelompok harus menyimpan dan merahasiakan data apa
saja dan informasi yang di dengar dan dibicarakan dalam
kelompok terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
oleh orang lain, asas keterbukaan yaitu semua peserta bebas dan
terbuka mengeluarkan pendapat ide saran dan apa saja yang disarankan dan
dipikirkannya, asas kesukarelaan yaitu semua paserta dapat menampilkan dirinya
secara spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang
lain atau oleh pemimpin kelompok, asas kenormatifan yaitu semua yang
dibicarakan dan yang dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma dan peraturan yang berlaku.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asas dalam kegiatan bimbingan kelompok
ada empat, yaitu asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan, dan
asas kenormatifan. Asas-asas bimbingan kelompok perlu dilaksanakan supaya
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang
telah di tetapkan bersama dalam kelompok.
iv.
Peranan anggota kelompok
bimbingan kelompok
Prayitno
(1995: 32) menyebutkan peranan anggota kelompok yang hendaknya dimainkan oleh
anggota kelompok agar dinamika kelompok benar-benar dapat diwujudkan seperti
yang diharapkan, yaitu: membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan
antar anggota kelompok, mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri
dalam kegiatan kelompok, berusaha agar yang dilakukannya itu membantu
tercapainya tujuan bersama, membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
mematuhinya dengan baik, benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam
seluruh kegiatan kelompok, mampu mengkomunikasikan secara terbuka, berusaha
membantu anggota lain, memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga
menjalani perannya, menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.
Di
atas telah dikemukakan beberapa peranan anggota kelompok, selanjutnya akan
dijabarkan beberapa peranan pemimpin kelompok dalam bimbingan kelompok
(Prayitno, 1995: 35-36): Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan
ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini
meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang
mengenai proses kegiatan itu sendiri. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian
pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu baik perasaan
anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat
menanyakan suasana perasaan yang dialami itu. Jika kelompok itu tampaknya
kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu
memberikan arah yang dimaksudkan itu. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan
tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok itu,
baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok. Lebih lanjut lagi,
pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok
pemegang aturan permainan (menjadi wasit) pendamai dan pendorong kerjasama
serta suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok diharapkan bertindak
sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak
ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehinggaia/ mereka itu
menderita karenanya. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan
segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi
tanggung jawab pemimpin kelompok.
Peranan
para anggota dan pemimpin kelompok sangat menentukan keberhasilan dari
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, apabila anggota dan pemimpin kelompok
tidak bisa membina keakraban, melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, mematuhi
aturan dalam kegiatan kelompok, terbuka, membantu orang lain maka sulit untuk
menuju ketahap demi tahap dalam bimbingan kelompok.
v.
Tahap-tahap kegiatan
bimbingan kelompok
Pada
pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap
bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40) dan beberapa pakar
bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan
tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok.
Tahap-tahap tersebut yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan,
dan tahap pengakhiran.
Ø Tahap I (Pembentukan)
Tahap
ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan
diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang
ingin dicaapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Tahap
ini merupakan masa keheningan dan kecanggungan. Para anggota mulai mempelajari
perilaku-perilaku dasar dari menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan
menanggapi semua perilaku yang membangun kepercayaan. Dalam tahap ini anggota
kelompok mulai belajar untuk terlibat dalam interaksi kelompok.
Menurut
Prayitno (1995: 44) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal,
adalah: mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan konseling kelompok,
menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok, saling
memperkenalkan dan mengungkapkan diri, permainan penghangatan atau pengakraban.
Fungsi dan tugas utama pemimpin selama tahap ini adalah mengajarkan cara untuk
berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk
mendapatkan kelompok yang produktif. Selain itu mengajarkan kepada anggota
dasar hubungan antar manusia seperti mendengarkan dan menanggapi dengan aktif.
Pemimpin kelompok harus dapat memastikan semua anggota berpartisipasi dalam
interaksi kelompok sehingga tidak ada seorangpun yang merasa dikucilkan.
Ø Tahap II (Peralihan)
Tahap
kedua, tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai
terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Karakteristik tahap
transisi ditandai perasaan ditandai perasaan khawatir, defence (bertahan)
dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu
untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota
agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan
diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan.
Menurut
Prayitno (1995: 47) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini,
adalah: menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya,
menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya (tahap ketiga), membahas suasana yang terjadi,
meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, kalau perlu kembali ke beberapa
aspek tahap pertama (tahap pembentukan).
Ø Tahap III (Kegiatan)
Tahap
ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi
pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipi untuk
menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Jadi
mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan
mengenai topik atau masalah yang di hadapi untuk di gali dalam kelompok, dan
belajar bagaimana menjadi bagian kelompok yang integral sekaligus memahami
kepribadiannya sendiri dan juga dapat memahami orang lain serta dapat menyaring
umpan balik yang diterima dan membuat bkesimpulan yang komprehensif dari
berbagai pendapat masukan-masukan dalam pembahasan kelompok dan memutuskan apa
yang harus dilakukannya nanti.
Kegitan-kegiatan
yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah: masing-masing anggota secara bebas
menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah
yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau
masalah secara mendalam dan tuntas, kegiatan selingan. Adapun fungsi utama dari
pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis
dari tingakah laku kelompok yang di inginkan. Selain itu dapat memberikan
dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil resiko dan mengarahkan untuk
menerapkan untuk menerapkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Ø Tahap IV (Pengakhiran)
Tahap
keempat adalah tahap akhir yang merupakan konsolidasi dan terminasi. Pada tahap
ini “pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok itu harus
bertemu namun pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok ketika menghentikan
pertemuan (Prayitno, 1995: 58). Pada saat kelompok memasuki tahap pengakhiran,
kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota
kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan
anggota sehari-hari. Selama tahap akhir kelompok akan muncul
sedikit kecemasan dan kesedihan terhadap kenyataan perpisahan. Para anggota
memutuskan tindakan-tindakan apa yang harus mereka ambil. Tugas utama yang di
hadapi para anggota selama tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka
pelajari dalam kelompok ke dunia luar. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
pada tahap ini, adalah: pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera
diakhiri, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil
kegiatan, membahas kegiatan lanjutan, mengemukakan pesan dan harapan.
Peranan
pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang hangat, memberikan
pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggoat serta
memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan
simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah
memperjelas arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan
mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta
menekankan kembalin akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah
kelompok berakhir.
Setelah
semua tahap di atas telah terlaksana, kemudian diadakan evaluasi dan follow
up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun
secara individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat
membicarakan tentang upaya-upaya yang telah ditempuh. Mereka dapat melaporkan
tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai kesukacitaan dan
keberhasilan dalam kelompok. Para anggota kelompok menyampaikan tentang
pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan bimbingan kelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
Pemimpin
kelompok dapat mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan atau wawancara
dengan batas tertentu dan dilihat apakah anggota sudah dapat menguasai topik
yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberi gambaran akan
keberhasilan kegiatan kelompok.
K.
Kerangka Berpikir
Dalam
bimbingan kelompok ini klien yang di hadapi bukanlah bersifat individual tetapi
terdiri dari beberapa orang yang akan bersama-sama memanfaatkan dinamika
kelompok untuk memebahas topik/ permasalahan dan belajar untuk lebih
mengembangkan dirinya termasuk mengembangkan minat belajar mereka. Dengan
adanya hubungan yang interaktif tersebut anggota kelompok akan merasa lebih
mudah dan leluasa karena anggotanya merupakan teman sebaya mereka sendiri.
Selain itu dengan melakukan bimbingan kelompok yang memanfaatkan dinamika
kelompok ini, siswa juga belajar untuk memahami dan mengendalikan diri sendiri,
memahami orang lain, saling bertukar pendapat tentang minat belajar. Fenomena
ini dapat dimaknai sebagai petunjuk yang mengandung implikasi bahwa interaksi
dan dinamika yang tumbuh dalam bimbingan kelompok diharapkan dapat digunakan
untuk meningkatkan mkinat belajar siswa.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bimbingan kelompok dan minat
belajar adalah bimbingan kelompok merupakan faktor eksternal dari minat
belajar. Tujuan bimbingan kelompok tersebut secara umum adalah untuk
meningkatkan minat belajar. Apabila bimbingan kelompok ini menurut persepsi
siswa bermanfaat, maka bimbingan kelompok yang diberikan diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat belajar siswa. Dari
uraian di atas penulis mengajukan hipotesis kerja bahwa bimbingan kelompok
efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes tahun pelajaran 2011/2012dalam
belajar.
L.
Tempat dan Waktu
Penelitian
ini direncanakankan di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes tahun
pelajaran 2011/
2012,
pada bulan Juni.
M. Populasi
Sampel dan Sampling
a.
Populasi
Sebelum mengadakan
penelitian penelitian terlebih dahulu harus menentukan siapa yang akan menjadi
subjek penelitian. Arikunto (2006: 130) memberikan batasan mengenai populasi
yaitu keseluruhan subjek penelitian.
Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII
di SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes Tahun Pelajaran 2011/
2012,
berjumlah 61 siswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu VIII A dan VIII B.
Akan
tetapi di era globalisasi ini para peserta didik mengalami minat belajar yang
rendah dikarenakan jenuh
dalam belajarnya, karena pergaulan, motivasi belajar yang rendah,
kesehatan fisik, kompetensi/kemamapuan yang dimiliki peserta didik, fasilitas yang dimiliki,
jarang masuk sekolah, tidak tertarik pada mata pelajaran tersebut dan
sebagainya. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan
guru pembimbing di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes diperoleh
data bahwa siswa kelas VIII SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes mempunyai
masalah minat belajar yang kurang, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor
antara lain: masih rendahnya prosentase untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi sehingga siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar lebih giat lagi,
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, letak/ lokasi
sekolah yang jauh dari jalan atau lokasi yang masuk ke dalam desa sehingga
menyebabkan tidak banyak siswa yang mau sekolah di SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes.
Kegiatan
bimbingan kelompok tersebut cukup efektif membantu siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi, khususnya dalam meningkatkan dan mengembangkan minat
belajar. Dimana dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk
membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah
individu yang menjadi peserta layanan. Dinamika kelompok merupakan jiwa yang
menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Dinamika kelompok ini dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling kelompok. Manfaat yang bisa
diperoleh konseli dalam melakukan kegiatan bimbingan kelompok antara lain:
meningkatkan persaudaraan antara anggota-anggotanya, melatih keberanian konseli
dalam berbicara di depan orang banyak dalam menanggapi permasalahan yang
dialami anggota kelompok yang lain, serta melatih keberanian konseli untuk
mengemukakan masalahnya. Hasil yang bisa diperoleh dari kegiatan bimbingan
kelompok adalah konseli lebih mampu memahami diri dan lingkungannya, dan dapat
mengembangkan diri secara optimal untuk kesejahteraan diri dan kesejahteraan
masyarakat. Untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik
konselor diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dalam belajar. Dengan
bimbingan kelompok diharapkan peserta didik dapat saling bertukar pikiran dan
mengemukakan pendapat yang dimilikinya.
b. Bimbingan
Kelompok
J. Kajian
Teori
Kelas
|
L
|
P
|
Jumlah
|
VIII A
|
14
|
16
|
30
|
VIII B
|
15
|
16
|
31
|
Jumlah
|
29
|
32
|
61
|
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti, Arikunto (2006: 131) menyarankan jika jumlah
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
sampel antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari
kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, sempit luasnya wilayah
pengamatan dari subyek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar
kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya
besar, tentu saja jika sampelnya besar akan lebih baik.
Karena
jumlah populasi kurang dari 100 maka pada penelitian ini jumlah siswa kelas
VIII SMP
N 5 Brebes Kabupaten Brebes yaitu 61 siswa, diambil
sermua sebagai sampel.
c.
Sampling
Teknik pengambilan sampling
dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh yakni tekinik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2006:
61).
N.
Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian ini instrumen untuk mengungkap data tentang minat belajar yaitu
dengan menggunakan skala minat belajar yang dikembangkan peneliti sendiri
berdasarkan teori yang ada.
ü Uji Validitas
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah (Arikunto, 2006: 168).
Dalam
menguji validitas item instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product
moment sebagai berikut :
Keterangan
:
rxy :
Koefiosien korelasi antara variabel X dan Y
X :
skor butir
Y :
Total skor
X :
Jumlah skor item
Y :
Jumlah skor total
XY :
Jumlah skor total item
X2 :
Jumlah skor item kuadrat
Y2 :
Jumlah skor total kuadrat
N :
Jumlah subyek
ü Uji Reliabilitas
“Relibilitas
adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena
instrumen itu cukup baik” (Arikunto, 2006: 178). Dalam hal ini suatu alat ukur
itu disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur
itu mantap dan stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan, mampu
mengungkapkan data sama atau sesuai untuk beberapa kali pemberian kepada
responden sehingga hasilnya akurat. Untuk mengukur realibilitas menggunakan
rumus alpha, sebagai berikut:
Keterangan
:
r11 :
reliabilitas instrumen
k :
banyaknya butir pertanyaan
Σαb2 :
jumlah varians butir
αt2 :
varians total
O.
Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian yang dapat peneliti uraikan adalah sebagai berikut: persiapan
penelitian yaitu mengadakan pendekatan dan konsultasi kepada guru pembimbing
dan kepala sekolah di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes tentang
rencana penelitian yang akan dilakukan di sekolah, mempersiapkan surat ijin
penelitian yang akan diserahkan kepada kepala sekolah SMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes. Membuat jadwal penelitian yang meliputi pembuatan
instrumen, analisis hasil skala untuk dijawab responden serta menganalisis uji
instrumen sebagai alat ukur variabel.
Mempersiapkan
instrumen alat pengumpul data termasuk membuat kisi-kisi pengembangan instrumen
peserta analisis instrumen yang sesuai dengan aspek yang akan diungkap serta
perhitungan skornya, menentukan variabel yang akan diteliti, menyusun dan
mengadakan instrumen untuk selanjutnya disampaikan responden. Pelaksanaan
penelitian adalah mempersiapkan instrumen guna mengadakan instrumen penelitian
alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket penelitian yang telah
disediakan, untuk diisi oleh siswa. Setelah menganalisis hasil dari angket,
langkah selanjutnya adalah memberikan layanan bimbingan kelompok
kepada kelas yang dijadikan sampel penelitian.
P.
Analisis
Data
Analisis
merupakan bagian yang teramat penting dalam penelitian, karena dengan analisis
data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian (Nasir, 2005: 346).
Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Md :
mean dari perbedaan pre test dengan post test
xd :
devisiasi masing-masing subjek ( d-Md )
∑X2d :
jumlah kuadrat devisiasi
N :
subjek pada sampel
d.b. :
ditentukan dengan N-1 ( Arikunto, 2006: 306 )
Q.
Rancangan Penelitian
Menurut
Nasir (2005: 84) “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Jenis penelitian ini adalah pre
experiment (eksperiment tidak sebenarnya) atau quasi
experiment. Peneliti menggunakan one group pre-test
and post-test design karena tidak ada perbandingan dengan
kelompok kontrol, sehingga satu kelompok tes diberikan satu perlakuan yang sama
sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan tertentu.
Dalam
desain ini, subjek dikenakan dua kali pengukuran. Pengukuran
yang pertama dilakukan untuk mengukur minat belajar siswa sebelum diberikan
kegiatan bimbingan kelompok (pre test) dengan kode T0, dan
pengukuran yang kedua untuk mengukur minat belajar siswa sesudah diberikan
kegiatan bimbingan kelompok (post test) dengan kode T1.
R.
Hipotesis Statistik
Apabila
hasil hipotesis nihil (H0) = thitung pada taraf
sinifikan 5% maka (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha)
ditolak, jika thitung ≥ ttabel maka (H0)
ditolak dan (Ha) diterima.
Dari
uraian diatas, maka hipotesisnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
H0 =
thitung < ttabel
Ha =
thitung≥ ttabel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar