Powered By Blogger

Selasa, 18 September 2012

pngertian psikologi tes


1.      PENGERTIAN TES PSIKOLOGI
.       Richard Mayer (1981)
Psikologi merupakan analisis mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.

  • Alasan saya memilih defenisi psikologi menurut Richard Mayer:
Karena, psikologi adalah ilmu yang mempelajari atau memahami perilaku manusia, yang tidak  hanya sekedar memahami perilaku manusia tetapi harus memiliki cara yang sistematis (melibatkan proses mental dan struktur daya ingat) untuk kita dapat mendalami dan memahami  betul perilaku manusia dengan bukti-bukti yang kuat dan akurat.

2.       Crow & Crow
Pschycology is the study of human behavior and human relationship. (Psikologi ialah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik berupa manusia lain (human relationship) maupun bukan manusia: hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya.

  • Alasan saya memilih defenisi psikologi menurut Crow&Crow:
Saya merasa sangat tertarik dengan ungkapan Crow&Crow karena, psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam interaksinya dengan dunia disekitarnya.
Yang disebut sebagai dunia sekitarnya, tidak hanya kepada makhluk hidup lainnya (hewan dan tumbuhan), tetapi juga kepada iklim, kebudayaan dan sebagainya. Crow&Crow mengungkapkan bahwa manusia hidup tidak hanya berinteraksi terhadap sesama makhluk hidup, tetapi  juga kepada situasi yang ada disekelilingnya, baik itu makhluk hidup maupun benda mati. Karena, disinilah akan terbentuk tingkah laku manusia yang beragam sesuai dengan pola kebudayaan, iklim dan sebagainya.
3.       Bruno (1987)
Pengertian Psikologi dibagi dalam tiga bagian, yaitu: Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “roh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidup mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.

  • Alasan saya memilih defenisi psikologi menurut Bruno:
Karena, Bruno mampu mendefinisikan psikologi secara mendalam, tidak hanya dari hal-hal yang kelihatan (tingkah laku), tetapi juga terhadap kehidupan mental dan rohani seseorang. Karena dalam kenyataannya  manusia yang terdiri dari: tubuh, jiwa dan roh dan hal ini tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan dalam kehidupan.

Menurut Anastasi dan Urbina (1998:3) tes psikologis pada dasarnya adalah alat ukur yang obyektif dan dibakukan (distandarisasikan) atas sampel perilaku tertentu. Standarisasi mengimplikasikan keseragaman cara dalam penyelenggaraan dan penskoran tes. Dalam rangka menjamin keseragaman kondisi-kondisi testing, penyusun tes menyediakan petunjuk-petunjuk yang rinci bagi penyelenggaraan setiap tes yang baru dikembangkan.
Cronbach (1984:27) cenderung memberikan definisi tes psikologis sebagai suatu prosedur yang distandardisasikan (standardization of procedure) yang digunakan tester untuk mengukur kemampuan potensi subyek. Dalam pandangan ini, prosedur (procedure) diartikan sebagai tata cara yang spesifik dan konkrit.
2.      KEGUNAAN TES PSIKOLOGI
Tes psikologi berfungsi sebagai seleksi jika digunakan untuk memilih individu-individu yang cocok/sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.. misalnya tes masuk suatu lembaga pendidikan atau tes seleksi jabatan tertentu. Berdasarkan hasilh-asil tes psikologis yang dilakukan, pimpinan lembaga dapat memutuskan calon-calon pelamar yang dapat diterima dan menolak alon-calon lainnya.
Fungsi Klasifikasi Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis. Misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah sejenis, sehingga dapat diberi bantuan yang sesuai dengan masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke dalam program khusus tertentu.
Fungsi deskripsi Tes ini berfungsi untuk menjelaskan profil seseorang, baik kepribadian, tingkahlaku, kemampuan, minat dan bakat dan sebagainya
Tes psikologi digunakan juga untuk mengevaluasi suatu treatment/tindakan yang telah dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok individu. Ini untuk mengavaluasi sampai tingkat mana keberhasilan treatment yang sudah diberikan. Evalusi ini sangat membantu untuk meneruskan tindakan selanjutnya yang akan diambil.
Tes psikologi juga bisa digunakan menguji sebuah hipotesis dan asumsi yang ada. Ini dikarenakan, bahwa tes psikologi terbuat/disusun dari sejumlah penelitian yang ilmiah sebelumnya.  Contoh penggunaan tes psikologi untuk menguji hipotesis ini seperti membandingkan hasil eksperimen yang sudah didapatkan dengan tes psikologi yang sudah dibakukan. Jadi hasilnya dapat di compare (membadingkan), ataupun tes psikologi bisa langsung menguji hipotesis dengan menurunkan indicator-indokator dari tes psikologi yang baku.
1.Tes Intelektual, terdiri dari :
2.Tes Kepribadian




Psik komunikator dan Psik pesan


PSIKOLOGI KOMUNIKATOR dan PSIKOLOGI PESAN
           
            Kita sudah jauh “pesiar” dalam dunia komunikasi. Pada bab pertama kita mengenal karakteristik manusia komunikan serta berbagai faktor yang mempengaruhi perilakunya. Dengan mengenal ini, Anda dapat memahami komunikan Anda : menjelaskan, meramalkan, bahkan sampai tingkat tertentu, mengendalikannya. Dengan pengetahuan itu, Anda bergerak pada jenis komunikasi yang paling dasar, tetapi paling penting dalam kehidupan Anda, yaitu komunikasi antar personal. Anda tentu sudah memahami persepsi interpersonal, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Pengetahuan adalah kekuatan, begitu kata orang. Siapa tahu, dengan mengetahui mekanisme komunikasi interpersonal, Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan hubungan manusia yang lebih efektif, lebih memuaskan, dan lebih membahagiakan bagi Anda dan orang lain.
            Pada bab-bab terdahulu sebenarnya telah kita bicarakan psikologi komunikate (yang secara umum dicakup pada karakteristik manusia komunikan), psikologi penerimaan dan pengolahan pesan (dalam komunikasi interpersonal) dan psikologi media komunikasi (baik dalam konteks interpersonal maupun konteks komunikasi massa). Jika seorang komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri.
            Aristoteles mentebut karakter komunikator ini sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good wil). Pendapat Aristoteles diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Carl Horland dan Walter (1951). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psi komunikator. Kepada sejumlah besar subyek disampaikan pesan tentang kemungkinan membangun kapal selam yang digerakkan oleh tenaga atom (waktu itu menggunakan tenaga atom masih merupakan impian). Horland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari 2 unsur : Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Nasihat dokter kita ikuti, karena dokter memiliki keahlian. Tetapi omongan pedagang yang memuji barangnya agak sukar kita percayai karena kita meragukan kejujurannya.

Dimensi-dimensi ethos. Menurut Herbert C. Kelman (1975) pengaruh-pengaruh komunikasi kita kepada orang lain berupa 3 hal : internalisasi, identifikasi, ketundukkan.
1.     Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya.
2.    Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang ataukelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuakan dengan orang atau kelompok itu.
3.    Ketundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok tersebut.
Kredibilitas
Kredibilitas adalah persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung 2 hal : (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; jadi tidak heran dalam diri komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas.
            Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut priorethos (Andersen, 1972:82). Sumber komunikasi memperoleh priorethos karena berbagai hal. Kita membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komunikator itu atau dari pengalaman wakilan (vicarious experience) : misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal intergritas kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media masa. Kebanyakkan penelitian kredibilitas berkenaan dengan priorethos. Dengan membicarakan priorethos, kita mengisyaratkan faktor waktu dalam kredibilitas. Mungkin Anda diperkenalkan sebagai orang pandai pada permulaan komunikasi. Anda memiliki kredibilitas (priorethos). Kemudian anda bicara. Suara Anda terpatah-patah. Bunyi “eh” dan “apa namanya” susul-menyusul dalam pembicaraan Anda. Perubahan ethos dalam jalannya komunikasi telah diteliti oleh Brooks dan Scheidel, ketika mereka meneliti persepsi subyek pada Citra Malcom X pada waktu ia berpidato. Sekali-sekali rekaman pidatonya dihentikan, dan informasi tentang Citra Malcom X dikumpulkan. Kedua peneliti ini melaporkan perubahan ethos yang cukup jelas dari waktu ke waktu. Sharp dan McClung (1996), juga Baker (1995) menunjukkan bahwa organisasipesan yang lebih meningkatkan kredibilitas. Pearce dan Brommel (1972), Pearce dan Conklin (1971) membuktikan pengaruh cara bicara kredibilitas.
Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978:144-147) menambah 4 komponen lagi : (1)dinamisme; (2)sosiabilitas; (3)koorientasi; dan (4)karisma.
·      Atraksi (Attactiveness)
Pada bagian ini, kita akan mengulang pengaruh faktor atraksi fisik dan kesamaan dalam hubungannya dengan efektifitas komunikasi, yakni mengubah sikap atau perilaku. Shelly Chaiken (1979), psikolog wanita yang manis dari University of Massachusets, menelaah pengaruh kecantikan komunikator terhadap persuasi dengan studi lapangan. Chaiken merekrut UD Komunikator pria dan wanita dari kalangan mahasiswa University of Massachusets. Mereka dilatih untuk menyampaikan pembicaraan persuasive tentang seruan agar universitas tidak lagi melayani makan pagi dan makan siang di ruang makan asrama.
            Rogers membuktikan pengaruh faktor kesamaan ini dari penelitian-penelitian sosiologis. Serangkaian studi psikologis yang dilakukan Stotland dan kawan-kawannya (Stotland dan Pinn, 1962) Stotland, Zandes dan orang mudah berempati dan merasukkan perasaan orang yang dipandangnya sama dengan mereka. Karena itu komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai denagn menegaskan kesamaan antara dirinya dengan komunikate.
            Simon menerangkan mengapa komunikator cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama, kesamaan mempermudah proses pengendalian  yakni proses menerjemahkan lambing-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Kedua, kesamaan membantu prenis yang sama, prenis yang sama mempermudah proses deduktif. Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikate tertarik pada komunikator, seperti yang sudah berulang kali kita sebutkan. Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita. Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Alasan keempat ini belum dibuktikan secara meyakinkan dalam berbagai penelitian. Dari penelitian diatas dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya komunikator yang memiliki daya tarik akan lebih efektif daripada komunikator yang tidak menarik. Kecuali, bila ornag yang tidak menari itu mengemukakan argumen yang bertentangan dengan dirinya.
           

Kekuasaan dalam kerangaka teori kelemahan kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukkan. Seperti kredibilitas antraksi. Ketundukkan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Klasifikasi inikemudian dimodifikasikan Rafen 1974 dan menghabiskan lima jenis kekuasaan.
1.      Kekuasaan koersif (koersif power) kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikate.
2.      Kekuasaan keahlian (expert power) kekuasaan ini berasal dari pengetahuan , pemgalaman, ketrampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator.
3.      Kekuasaan informasional (informasional power) berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan harus dimiliki komunikator.
4.      Kekuasaan rujukan (referent power) disini komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan   untuk menilai dirinya.
5.      Kekuasaan legal (legitimate power) berasal dari seperangkat norma yang menyebabkan komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan.

Berikut ini disampaikan berbagai hasil penelitian yang berkenaan dengan penggunaan kekusaan dalam mempengaruhi perilaku orang lain :
1.      Komunikate akan lebih dimudahkan untuk melakukan perilaku yang tidak disukai dengan dijadikan ganjaran dari pada diancam dengan hukuman.
2.      Efektifitas ancaman dapat ditingkatkan bila komunikator memberikan alternative perilaku ketundukan, sehingga komunikate masih dapat melakukan pilihan walau terbatas.
3.      Kekuasaan informasional sering kali digunakan bila komunikator memandang prestasi komunikate yang kurang baik disebabkan oleh kurangnya motifasi.
4.      Bila atasan melihat bahwa prestasi jelek bawahannya disebabkan kekurangan kemampuannya , ia akan menggunakan kekuasaan keahlian.
5.      Kekuasaan koersif biasanya digunakan bila pemimpin menganggap komunikate tidak melakukan anjuran dengan baik karena ia bersifat negatif atau mempunyai kecenderungan melawan pemimpin.
6.      Kekuasaan koersif juga sering digunakan oleh komunikator yang kurangpercaya diri yang merasa tidak berdaya.

G  PSIKOLOGI PESAN
            Ada seorang psikolog fisioogis yang menemukan hal yang aneh. Jose Delgado (1969) menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan alat stimulasi yang dapat merangsang otak. Dengan menggunakan transdermal stimoceiver yang ditanamkan pada otak pasien, dari jauh Delgado dapat menggerakkan tingkah laku orang; mengubah dari agresif menjadi tenang atau sebaliknya.
            George A. Miller, profesor psikolinguistik dari Rockefeller University. Ia menulis, “Kini ada seperangkat perilaku yang dapat mengendalikan pikiran dan tindakan orang lain secara perkasa. Teknik ini dapat mengubah pendapat dan keyakinan, dapat digunakan untuk menipu Anda, dapat membuat Anda gembira dan sedih. Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu.
Setiap cara berkata memberikan maksut tersendiri, cara ini kita sebut dengan Pesan Paralinguistik. Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan bahasa, misalnya dengan  isyarat; ini kita sebut dengan pesan Ekstralinguistik.
A  PESAN LINGUISTIK
Ada cara untuk mendefinisikan bahasa : fungsional dan formal
·         Definisi Fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai, “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.” (socially shared means for expressing ideas)
·         Definisi Formal menyatakan bahwa bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences that could be generated accorading to the rules of it’s grammar)
Tata bahasa meliputi tiga unsure : Fonologi, sintaksis, dan sematik. Menurut George A. Miller, (1974:8), untuk dapat menggunakan bahasa tertentu kita harus mengetahui tiga tahap pengetahuan bahaasa diatas.


Ditambah dua tahap lagi.pada tahap pertama,kita harus memiliki informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa itu.pada tahap kedua,kita harus memiliki pengetahuan sintaksis tentang cara pembentukan kalimat.pada tahap ketiga,kita harus mengetahui secara leksifal arti kata atau gabungan kata-kata.pada tahap keempat,kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan.pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam system kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.

·         BAGAIMANA KITA DAPAT BERBAHASA.
Eksperimen Frederick tidak dapat  menjelaskan bagaimana kita bias berbahasa.penemuan victor menunjukan bila dipisahkan dari lingkungan manusia,seorang anak tidak memiliki kemampuan berbicara.
Menurut noam choamsky,bila anak harus belajar seperti itu,paling tidak diperlukan waktu 30tahun untuk mampu menguasai 1000 kata.menurut ahli bahasa dari massa chuset institute of technology ini,teori pelajar hanyalah, “ play-acting at secience” , suatu penjelasan yang sama sekali tidak tepat tetapi di bungkus dengan kata-kata yang bernada ilmiah. Setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa karena adanya pengetahuan bawaan (prexxistent knowledge) yang telah di program secara genetic dalam otak kita.
·         BAHASA dan PROSES BERFIKIR.
            Menurut salah satu teorin (principle of linguistic relativity) bahasa menyebabkan kita memandang realista sosial dengan cara tertentu. Teori ini dia kembangkan oleh von Humboldt,sopir,worf,dan cassier. Dari sekian nama itu, worf yang tampaknya paling merebut perhatian.
            Secara singkat teori ini dapat disimpulkan bahwa pandangan kita tentang dunia di bentuk oleh bahasa,dan karena bahasa berbeda,pandangan kita tentang dunia pun berbeda pula. Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti yang telah di program oleh bahasa yang kita pakai.


KATA – KATA dan MAKNA.
Ada tiga pengertian makna :
1.      Makna inferensial , yakni makna satu kata ( lambing ) adalah objek,pikiran,gagasan,konsep yang di rujuk oleh kata tersebut.
2.      Makna yang kedua menunjukan arti ( signifilance ) suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain.
3.      Makna internasional , yakni makna yang di maksud oleh seorang pemakai lambing.
·         Kita sekarang melihat makna tidak terletak pada kata-kata,tetapi pada pikiran orang, pada persepsinya.makna terbentuk karena pengalaman individu.
Jadi karena pengalaman hidup berbeda,orang mempunyai makna masing-masing untuk kata-kata tertentu. Inilah yang telah kita sebut sebagai makna perorangan, tetapi bila semua makna itu bersifat tentu tidak terjadi komunikasi.
TEORI GENERAL SEMANTICS
            Bahasa adalah alat penyandian,tetapi alat yang tidak begitu baik kata pengikut general semantics.general semantics tidak menjelaskan proses penyandian,tetapi ia menunjukan karakteristik bahasa yang mempersulit proses ini.
            Dalam bagian ini,kita akan mengurangi secara singkat pokok-pokok penting dari gagasan mereka.karena singkat,tentu banyak hal dari general semantics yang tidak kita sebut.marilah kita simak empat nasehat-nasehatnya : dua perintah dan dua larangan.
1.      Berhati-hati dengan Abstraksi
         Unsur-unsur realistas untuk membedakannya dari hal-hal yang lain.abstraksi menyebabkan penggunaan bahasa yang tidak cermat.tiga buah diantaranya adalah :
a.       Dead level abstracting ( abstrackting kaku ).ini terjadi bila kita berhenti pada tingkat abstrak tertentu: abstrak tinggi atau rendah.
b.      Urdue identification ,dengan menempatkan sekian banyak objek dalam satu kategori,kita melakukan kesalahan yang kedua : identifikasi yang tidak layak.istilah lainnya adalah overgeneralisasi.
c.       Two-valued evolution.penilaian dua nilai. Pemikiran kalau begitu-begini ( either-or thinking ),ialah kecenderungan menggunakan hanya dua kata untuk melukiskan keadaan.
2.      Berhati-hati dengan dimensi waktu
           General semantics merekomen dasikan dating (menanggulangi).iqbal 1960,iqbal 1980,iqbal 1984. “ dating memaksa individu untuk mengakui faktor perubahan,untuk menilai lingkungan,untuk membuat ujaran verbal yang cocok dengan fakta kehidupan yang ada dewasaini “ ujar William Arnold dan James Mc Cnoskey (1964).
3.      Jangan mengacaukan kata dengan rujukannya
           Sebelum ini,kita telah menjelaskan bahwa hubungan antara kata dengan rujukannya (objek,gagasan,situasi) bersifat tidak semena-mena.
4.      Jangan mengacaukan pengamatan dengan kesimpulan.
            Ketika melihan fakta,kita membuat penyatuan untuk melukiskan fakta itu.pernyataan itu kita sebut pengamatan.kita menarik kesimpulan bila menghubungkan hal-hal yang diamati dengan sesuatu yang tidak teramati.
7.2.2 Pesan non verbal
            Nikita krushchev pernah berpidato dihadapan kongres amerika.setelah usai,orang bertepuk tangan.dan krushchev pun bertepuk tangan juga seperti pendengarnya.penonton televise yang menyaksikan kejadian itu memandang krushchev sombong dan takabur.tepuk tangan,pelukan usapan,duduk,dan berdiri tegak adalah pesan non verbal yang menerjemahkan gagasan,keinginan,maksud yang terkandung dalam hati kita.
Fungsi pesan non verbal
            Mengapa pesan non verbal masih di pergunakan?apa fungsi pesan non verbal?Mark L – Knapp (1972-9-12)menyebut lima fungsi pesan non verbal :
1.      Repetisi : mengulang kembali gagasan yang sudah sudah di sajikan secara verbal.
2.      Substitusi : menggantikan lambang-lambang verbal.
3.      Kontradiksi : menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal.
4.      Komplemen : melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
5.      Aksentuasi : menegaskan pesan verbal/menggaris bawahinya.
Pertama,faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal kedua,perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal.ketiga,pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang revatif dari distrosi,dan keracunan.keempat,pesan non verbal merupakan saran sugesti yang paling tepat.
Klasifikasi pesan non verbal.
            Belum ada kesepakatan diantara para ahli komunikasi nonverbal tentang pesan non verbal.pesan kinestik,yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti.terdiri dari tiga komponen utama : pesan fasual,pesan gestural,dan pesan formal.pesan gestural menunjukan gerakan sebagai anggotabadan seperti mata dan tanggan untuk mengkomunikasikan berbagai makna.menurut Galloway,pesan gestural kita gunakan untuk menggungkapkan
1.      Mendorong/membatasi
2.      Menyesuaikan/mempertentangkan
3.      Responsive/tak responsive
4.      Perasaan positif/negative
5.      Memperlatikan/tidak memperlatikan
6.      Melancarkan/tidak reseptif
7.      Menyetujui/menolak
Pesan proksemik disampaikan melalui peraturan jarak dan ruang,umumnya dengan mengatur larak kita menggungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh pakaian dan kosmetik.
Pesan paralinguistic adalah pesan konverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal.
Pesan paralinguistic terdiri atas antara ,nada,kualitas suara volume,kecepatan,dan ritme. Nada (pitch) menunjukan jumlah getaran/gelombang yang dihasilkan sumber bunyi.



Pesan sentuhan dan bau-bauan (factice and of factory messege) termasuk pesan nonverbal/nonvisualdan nonvokal.
Organisasi pesan
            Oristotek,dalam buka klasik tentang komunikasi hetorica menerangkan pesan fatis dalam memperkuat efek pesan persuasive.
Lima langkah dalam penyusunan pesan :
1.      Attention (perhatian)
2.      Need (kebutuhan)
3.      Satu faction (pemuasan)
4.      Visualization (visualisasi)
5.      Action (tindakan)
Struktur pesan
            Anda harus menentukan apakah bagian penting dari orgamentasi antara yang harus didahulukan/bagian yang kurang penting
Koehier at al (1978:170-171) dengan mengutip cohen,menyebutkan kesimpulan penelitian tersebut sebagai berikut.
1.      Bila pembicara mengajukan dua sisi perbuatan (uang pro dan kontrak) tidak ada keuntungan untuk berbicara yang pertama,karena berbagai kondisi (waktu,khasal,tempat,dan sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling berpengaruh.
2.      Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argument,sisi yang lain tidak mungkin mengurusi mereka.
3.      Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan,kita biasanya masih mudah di pengaruhi oleh sisi yang di set luar lebih dahulu.
4.      Perubahan sikap lebih pentingdua gagasan yang dikehendaki/yang di terima dari sajikan sebelum gagasan yang kurang di kehendaki.
5.      Puritan pro-kon lebih efektif dari pada urutan kon-pro bila digunakan oleh sumsen yang memiliki otorvas dan di hormati oleh khavasak.
6.      Orgumen yang terakhir yang di dengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lama di antara dua pesan,dan penguji terjadi setelah ada pesan ke dua.
Imbauan pesan (messege appeals)
Bila pesan-pesan kira dimasukkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita harus menyentuh motif yang menggerakkan/mendorong perilaku komunikate.
Imbauan rasional di dasarkan pada anggaran semua manusia pada dasarnya makhluk rasional menggunakan bahasa yang menyentuh emosikomunikate.
Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan,mengancam/meresahkan.penelitian selanjutnya melaporkan bahwa dektivitas imbauan takut bergantung pada jenis pesan.imbauan motivasional menggunakan imbauan motif yang menyentuh kondisi intern diri manusia.

perkembangan sosial


BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang Masalah

            Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
 Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehinggamendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah ataumengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taatberibadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun ingin membuat makalah dengan judul “Karakteristik Perkembangan Sosial dan Kepribadian Masa Kanak-Kanak, Anak, Remaja, dan Dewasa serta Implikasinya dalam Pendidikan”.


B.            Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.           Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.           Apa saja karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3.           Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4.           Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5.           Mengapa dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan?
6.           Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
7.           Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
8.           Apa saja karakteristik perkembangan kepribadian anak, remaja, dan dewasa?


C.            Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.            Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2.            Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak sampai dewasa.
3.            Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4.            Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang.
5.            Untuk mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.
6.            Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian.
7.            Untuk mengetahui karakteristik kepribadian yang sehat dan tidak sehat.
8.            Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
9.            Untuk mengetahui karakteristik kepribadian anak sampai dewasa.











BAB II
PEMBAHASAN


A.           Pengertian Perkembangan Sosial

Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
 Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
  
B.            Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa

Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.


Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.
  
C.            Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1.      Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan                   anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga





2.      Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula  menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3.      Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4.      Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan   pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5.      Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan    sosial    anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

D.           Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau  merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam  pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1.      Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.      Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.

Melalui banyak pengalaman dan penghayatan  kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

E. Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

  Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat.Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
1.      Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya.  Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan  dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :

a)      Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.


b)      Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak  dapat menerimanya.
c)      Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya



2.      Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.

3. Lingkungan Masyarakat

a)       Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b)      Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.

F. Pengertian Perkembangan Kepribadian

Secara etimologis, kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).
1.      Fisik.
Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.

2.      Intelegensi.
Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Idividu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


3.      Keluarga.
Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.
















BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


A.           Simpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1.              Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
2.              Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
3.              Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
4.              Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
5.              Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua dan akhirnya berjhenti pada kematian.


6.              Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode tua dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-sendiri.

B.            Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penyusun menyarankan setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.













Daftar Pustaka

Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta DidikJakarta:  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.
_______. 2007. Perkembangan Sosial Anak. (Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.
_______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.