jurnal ilmu pendidikan
Jurnal ilmu
pendidikan Penerbit
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jurnal Ilmu p endidikan
dan Pembelajaran Volume 4 Nomor 1 Halaman 1 – 100 Bandar Lampung, Maret 2006
ISSN 1693
– 2463 JPP, Volume 4 Nomor 1, Maret 2006, ISSN 1693 – 2463 Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Terakreditasi “C” berdasarkan keputusan dirjen dikti depdiknas Nomor:
26/DIKTI/KEP/2005, tanggal 30 Mei 2005
SUSUNAN DEWAN
PENYUNTINGPenanggung Jawab Bujang Rahman
Ketua penyunting A.B. Setiyadi
Dewan Penyunting Patuan Raja,
Basrowi, N.E Rusmianto, Sowiyah, Siti Samhati
Penyunting Ahli
(Mitra Bastari) Ali Saukah (Universitas Malang) Salam (Universitas Negeri Makasar) Dyah Arulilina
(Universitas Bengkulu) Udin Syrifudin (Universitas Terbuka)
La Marota Galib (Universitas Halu Oleo)
La Marota Galib (Universitas Halu Oleo) Junaidi Mistar (Universitas Islam Malang) Koesdwirarti
Setono (Universitas Pajajaran) Gunarjo s. Budi (Universitas Palangkaraya)
Joko Nurkamto (Universitas Negeri Surakarta)
Joko Nurkamto (Universitas Negeri Surakarta) Ari Widodo (Universitas
Pendidikan Indonesia) Yusuf Hadmiarso (Universitas Negeri Jakarta) Suharismi Arikunto
(Universitas Negeri Yogyakarta)
PENYUNTING TEKNIK C. Ertikanto, M
Widodo, Amrullah Tata Usaha
Anwar, Zainuddin
Anwar, Zainuddin Alamat Sekertariat Dekan Gedung A FKIP Universitas Lampung
jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Tlp : (0721)
704624, Fax : (0721) 709493, email : jppfkip@unila.ac.id
Jurnal pendidikan
dan pembelajaran terbit pertama kali April 2003, jurnal diterbitkan dua
kali setahun pada bulan maret dan september, Dewan Penyunting menerima
naskah hasil penelitian bidang pendidikan dan pembelajaran yang telah diringkas, untuk
dipertimbangkan pemuatannya
JPP, Volume 4 Nomor 1, Maret 2006,1-100
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING D1 SEKOLAH IDENTIFICATION OF
NEEDS IN THE DEVELOPING OF SCHOOL GUIDANCE AND COUNSELING PROGRAM
Oleh
Giyono Staf Pengajar pada Jurusan limo Pendidikan FKiP Unila Diterima 16
Januari 2006/disetujui 22 Pebruari 2006Abstract: The
purposes of this research are (1) Identification of needs in guidance and
counseling service program, and (2) Guidance and counseling service program
that fulfill student needs. The method used to collect data was questionnaire
and the data analysis was carried out descriptively. The subjects were 300
students of Tunas Harapan Senior High School. The research finds three needs of
students in general. They are (1) guidance service connected to learning
program, (2) guidance service connected to personal problems, and (3) guidance
service connected to future career It is suggested that (1) Headmaster should
provide facilities and observation on the implementation of guidance and
counseling service, (2) Counselor/Consultant teachers should implement guidance
and counseling service based on the real needs of students, and (3) Classroom
teachers should be invoived in the socialization of guidance and counseling
service program in the daily process of teaching.
Key words: need identification, guidance and counseling program development
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai
langkah strategy dalam mempersiapkan somber daya fnarusla (SDM) berkualitas
(Nurcholis dalam India D)a”], 2003 xi) dan pendidikan tidak hanya ter batas
pada pengajaran Pendidikan melibatkan banyak hal dan rnencakup kesehiruhan
tingkah laku manusia yang cl;lak.uRar urtuk mernperoleh kesinarnhungan
pertahanan dan peningkatan hidup Pendidikan sebagai usaha sengaja sistemik,
taros menerus untuk mentransfer clan ryiengernbangkoin pengetahuan, sikap,
nilai keterampilan RE anyak pihak menyoroti kualitas pendidikan kita menurun
perbedaan kualitas pendidikan di pe¬desaan dengan pendidikan di perkotaan
(A.rdhana, 1992 7) Hai ini hares ditanggapi dan direspon secara series, banyak
pihak masih menganggap pendidikan: bukan mer.!pakan salah sate faktor
terpuruknya bangsa kita Sehingga banyak pergamat khususnya politikus hanya
mengarahkan pemikirannya pada ekonomi dan pohtlk Pendidikan Sama sekali kurang
mendapat perhatian, realitas menunjukkan kapasitas clan wawasan bangsa ini
masih belum berpikir jauh ke depan Sehingga hasil pendidikan di negeri ini
bcium memperoleh hasil maksimal, maka sudah saatnya pendidikan bukan lags
dipandang se-bagai masalah bagi lembaga penyelenggara pendidikan saja tetapi
pendidikan merupa¬kan suatu masalah nasional secara keseluruhan. 76, JPP, Volume 4
Nomor 1, Maret 2006,1-100 Pendidikan mass depan dengan paradigms barn dari teaching to learning
(Indra Djati, 2003: 21) dan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal
tidak lagi hanya me¬ngembangkan dan mengelola dua jenis kecerdasan saja, yaitu kecerdasan
linguistik dan kecerdasan logis matematik. Bagi Sekolah mengembangkan
kecerdasan emosional sudah merupakan suatu keharusan. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional antara lain adalah mengembangkan kepribadian yang
utuh. Kepribadian yang utuh memiliki makna bahwa system operasional pendidikan
di sekolah-sekolah bertujuan mengembangkan berbagai aspek, yaitu (1)
perkembangan kecerdasan emosional (EQ), (2) perkembangan kecerdasan Intelectual
(10), dan (3) perkembangan kecerdasan speritual (SP). Menurut Goldman (1992:
616-621) Intelectual questions (IQ) hanya mem¬berikan konstribusi 20 % dalam
mencapai kesuksesan seseorang. Awal abad XXI pars pembuat kebijakan, perencana
dan administrator kependidikan sudah selayaknya ber¬pikir bahwa untuk meningkatkan
kualitas pendidikan adalah suatu keharusan untuk me¬lakukan lompatan dari level
pembelajaran kelas ke tingkat organisasi sekolah. Untuk mencapai itu, kits
hares berpedoman pads sistem operasional pendidikan di sekolah yang terdiri
dari tiga bidang yang merupakan satu kesatuan yang integral. Dalam re¬formasi
pendidikan system tersebut masih dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia (Surya, 2000:1-15). Peranan bimbingan dan konseling di
sekolah cukup besar dalam pencapaian sasaran pendidikan sesuai berbagai dimensi
pendidikan, maka pengernbangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
didorong masuk ke dalarr, pola 17 1, Pray itno 2000 28-50) Layanan bimbingan
dan konseling dapat berhasil maksimal, perlu dilakukan perencanaan berdasarkan
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi sekolah. Perencanaan kegiat¬an akan
dijadikan program layanan dan program layanan bimbingan konseling merupa¬kan
bagian integral dan program sekolah Realita di lapangan layanan bimbingan dan
konseling di nomer cluakan (kurang mendapat perhatian). Menurunnya kualitas
pen¬didikan diakLP atau tidak diakw salah satu penyebabnya adalah kurang
maksimalnya layanan bimbingan dan konseling Hal in, disebabkan salah satunya
oleh guru pem¬bimbing yang kurang proakfif dalam melaksanakan tugasnya. Guru
pembimbing dalam merencanakan program layanan kurang memperhat!kan
kebutuhan-kebutuhan siswa
Siswa datang ke
sekolah dengan berbagai kebutuhan, seperti halnya kebutuhan akan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan, kebutuhan penyesuaian diri, dan kebutuhan akan
pemahaman tentang dunia kerja. Kebanyakan siswa hdak termotivasi, depresi/
frustasi dan bahkan menjadi pribadi tidak sehat. Hal ini disebabkan mereka
tidak me¬nemukan kebutuhannya (Goldman, 1978: 122 ). Maka perlu diupayakan
layanan bim¬bingan dan konseling dapat membantu pengembangan pendidikan sesuai
dengan per¬kembangan yang terjadi dalam masyarakat (Heppner dan Johnstone,
1984: 451-453). Usaha tersebut dituangkan dalam program layanan, di sekolah
layanan bimbingan dan konseling (BK) di bagi dalam empat bidang layanan (1)
layanan pribadi, (2) layanan social. (3) layanan belajar, dan (4) layanan karir
(Obe dan Ogionwo dalam Ahia dan F’— Ilr~ 1984 155 Prayitno. 1994 261) Agar
jangkauan layanan program BK dapat. IDENTIFIKASI
Kebutuhan
Pengembangan….(Giyono) 77 mencapai sasaran lebih lugs, program hendaknya memiliki empat komponen
pokok, yaitu (1) kurikulum bimbingan, (2) layanan individual, (3) layanan
responsive, clan (4) layanan pendukung system (Gysbers, at, al. 1992: 566).
Tahapan Penyusunan program layanan BK melalui empat tahap (1) tahap
perencanaan, (2) tahap penyusunan, (3) tahap pe¬laksanaan, clan (4) tahap
evaluasi (Gysber’s clan Henderson, 1988: 94)
Berdasarkan
berbagai uraian di atas maka untuk menyusun suatu program yang dapat memenuhi
kebutuhan, maka sebelumnya perlu diidentifikasi kebutuhan-kebutuhan siswa
sehingga siswa akan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa
akan memiliki paradigma belajar sendiri, memotivasi dirinya sendiri
(Kartadinata, 2001: 3-17). Apabila kebutuhannya dapat terpenuhi dari layanan BK
yang diberikan. Hal ini yang menarik peneliti untuk mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan siswa dalam menyusun program layanan BKdi sekolah menengah
umum di Bandarlampung.METODE PENELITIANPenelitian ini
adalah penelitian survey yang diclasarkan pads model needs assessment
(Pietrofessa, 1980: 98) yaitu mengidentifikasi kebutuhan siswa berclasarkan
panting clan tidak pentingnya dalam program layanan bimbingan clan konseling.
Responder dalam penelitian adalah semua siswa SMU Tunas Harapan kelas dua clan
tiga. Instrumen pe ngumpulan data digunakan angket yang dikembangkan berclasar
kajian teori kebutuhan clan teori bimbingan clan konseling, analisis data
digunakan deskriptif analitik.HASIL DAN
PEMBAHASANHasil penelitian
menunjukkan bahwa progran layanan bimbingan di sekolah yang di¬butuhkan oleh
siswa SMU Tunas harapan mencakup tiga hal, secara ringkas dapat lihat Tabel 1 yaitu
sebagai berflkut Tabel 1 Kebutuhan Peserta Didik akan Layanan Bimbingan No Bidang Aspek
Prosentase:
1.
Layanan Belajar Secara Umum 51 –
91%a.
Pemanfaatan kesempatan belajar 91 %
b.
Menemukan cars belajar efektif 90%c.
Pengawasan 83%
2.
Layanan Pribadi Secara Umum 53 –
95%
a.
Pemahaman dan penerimaan diri
b.
Pemahaman dan penerimaan 93% lingkungan 90%c.
PengembanTan rasa tanggungjawab
95% 78
JPP, Volume 4 Nomor 1, Maret 2006,1-100 No Bidang Aspek Prosentase 3.
Layanan Karir Secara Umum 55 — 92%a.
Layanan Informasi Karir 91%b.
Perencanaan karir 79%c.
Membuat akeputusan karir 84%
Pembahasan
Berdasar Tabel 1
dapat dibahas secara lebih mendalam bahwa terdapat tiga bebutuhan layanan yang
diperlukan oleh peserta didik yaitu (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan pribadi,
dan (3) bimbingan karir.Pertama berkaitan
dengan layanan bimbingan belajar secara umum sebagian besar siswa (53%-91 %)
menyatakan sangat dibutuhkan. Bidang layanan belajar ini diuraikan sebagai
berikut; (a) pemanfaatan kesempatan belajar (learning opportunities) me¬liputi:
sarana dan prasarana layanan bimbingan dan konseling yang memadai sebagian
besar (91%) menyatakan sangat diperlukan, informasi mengenai peranan dan fungsi
bimbingan dan konseling di sekolah 82% siswa menyatakan sangat diperlukan,
ke¬sempatan mengembangkan kreativitas baik secara perorangan maupun secara
kelompok 77%, penjelasan mengenai struktur organisasi layanan bimbingan dan
konseling di sekolah sebanyak 63% siswa menyatakan sangat perlu, begitu jugs
informasi mengenai kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan belajar
kelompok/bimbingan kelompok sebanyak 55 % dari seluruh siswa menyatakan sangat
dibutuhkan. (b) menemukan cara belajar effektif (effective learning) dalam hal
ini sebagian besar siswa (90%) membutuhkan bimbingan tarn belajar secara
effektif.penjelasan cara penggunaan alai-alai laboratorium sangat diperlukan
sebanyak 73%, sebanyak 70% siswa sangat membutuhkan penjelasan mengenai
kurikulum, dan sebanyak 58% siswa menginginkan perlunya penjelasan me¬ngenai
penggunaan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah dalam upaya guns meningkatkan
belajar lebih efektif. (c) pengawasan (supervision), dalam hal pengawasan
sebagian besar (83%) siswa menyatakan petugas layanan bimbingan dan konseling
diperlukan tenaga professional. sangat diperlukan keiklasan dan keseriusan
dalam membimbing siswa baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas sebanyak
83%. sedang 82% siswa menyatakan bahwa sangat diperlukan adanya pengawasan
secara intensif bagi seluruh siswa pada saat belajar di dalam kelas maupun pada
waktu istirahat, dan sebagian besar (76%) siswa membutuhkan adanya kesamaan
pendapat (adanya satu bahasa) dalam menginformasikan sesuatu hal kepada siswa
oleh guru dan guru pembimbing Berta kepala sekolah.Berdasar hasil
identifikasi mengenai kebutuhan dalam bidang bimbingan belajar siswa radar
bahwa dirinya banyak membutuhkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya
dalam memanfaatkan waktunya untuk belajar dan memperoleh hasil yang optimal.
Banyak terjadi di sekolah program layanan bimbingan berdasarkan keinginan
pembim¬bmg sehingga Bering terjadi siswa mengalami kebingungan dan siswa takut
datang kepada pembimbing Ketakutan yang dialami siswa bukan karena
pembimbingnya tidak
Identifikasi Kebutuhan Pengembangan….(Giyono) 79
menyenangkan,
tetapi karena layanan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhaan para siswa.
Hal itu terjadi sebab kurang adanya informasi mengenai peranan dan fungsi
lembaga bimbingan konseling di sekolah. Dalam penyusunan program bimbingan dan
konseling di sekolah hendaknya betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan
perkembang¬an siswa. Pembimbing semestinya menyadari bahwa para siswa sudah
mengarah dalam belajar sesuai dengan paradigmanya sendiri, karena adanya
pergeseran dalam kultur kehidupan yang lebih banyak mencurahkan waktu untuk
belajar demi kepentingan mass depannya. Maka pembimbing hendaknya banyak
mencurahkan waktunya untuk meng¬ubah orientasi kerja menjadi orientasi layanan
yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, tetapi tergantung kepada kebutuhan
layanan yang didasarkan pada kebutuhan siswa (Kartadinata, 2001: 3-17)
Hasil identifikasi di atas siswa jugs merasakan perlunya penanganan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah ditangani oleh tenaga professional. ini
muncul banyak disebabkan oleh pengalaman siswa selama di SMU memperoleh
peiayanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ternyata masih banyaknya
guru-guru pembimbing yang tidak memiliki latar pendidikan bimbingan dan
konseling Berkenaan dengan layanan bimbing¬an konseling yang kurang
memperhatikan kebutuhan siswa, maka siswa mengalami tiga jenis kesulitan yaitu
(1) kemampuan belajar (learning capability) yang lemah, (2) kesulitan dalam
mengenali kesempatan kerja (employement opportunities) atau kesempatan be¬lajar
lebih lanjut, sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. dan (3) kebingungan
dalam menghadapi situasi yang serba kacau dalam masyarakat (Bochcri, 2001
18-29)Kedua, berkaitan
dengan layanan bimbingan pribadi, secara umum siswa memberikan respon terhadap
butir layanan bimbingan kepribadian 53% – 93% berada pada kategon tinggi. Hal
ini mengandung makna bahwa sebagian besar siswa memandang layanan bimbingan
pribadi seorang sangat dibutuhkan oleh siswa. Secara rinci dapat diurai
se¬bagai berikut; (a) pada pemahaman dan penerimaan diri (self understanding
and self acceptance) dalam kategori tinggi yaitu 93% siswa memerlukan pemahaman
terhadap minat, bakat, dan kemampuan dirinya dan 79% membutuhkan pemahaman
mengenai sifat-sifat pribadi, 72% membutuhkan bimbingan pengendalian diri dan
emosional (b) pemahaman dan penerimaan lingkungan (getting along wiht other’s)
sebanyak 90% siswa membutuhkan pemahaman orang tua terhadap program pendidikan
di SMU. sebanyak 89% memerlukan kesempatan menjalin persahabatan dengan sekolah
lain, ban sebanyak 79% membutuhkan pemahaman bagaimana menemukan cara
me-7ingkatkan perasaan akrab dengan Leman, guru, dan karyawan.
sebanyak 65% memerlukan dorongan keberanian bertanya balk dalam kelas maupun di
-ar sekolah, serta memerlukan tempat dan kesempatan berteman dengan Leman-Leman
13n kafetaria yang memadai sebanyak 53%.Berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan, – 3da dasarnya sesuai dengan konsep school based management /
manajemen berbasis sekolah(MBS) di mans kepala sekolah dalam mengembangkan
program-prograill ke¬-ndidikan secara menyeluruh untuk melayani segala
kebutuhan siswa ke sekolah (Malik :’=,ar, dalam lbtisam Abu-Duhou, 2003:
viii-xxiii). Semua sekolah termasuk guru pem¬: —bing dalam merumuskan yang
lebih operasional, karena mereka yang paling78 JPP, Volume 4
Nomor 1, Maret 2006,1-100 mengetahui akan kebutuhan siswanya. Berkenaan dengan MBS ini sesuai
dengan fungsi layanan bimbingan dan konseling adalah membantu memahami diri dan
dunianya serta lingkungannya (Shertzer & Stone, 1981: 112). Pemahaman
terhadap minat dan bakat serta kemampuan diri sangat dibutuhkan oleh siswa,
pads awal abad XXI layanan bimbingan dan konseling sudah seharusnya menekankan
pads fungsi pelayanan pe-mahaman, pencegahan dan fungsi pengembangan
(Kartadinata, 2001: 3-17). Siswa setelah memahami diri diharapkan dapat
menerima dirinya dan selanjutnya dapat me¬ngarahkan dirinya dan pads akhirnya
mampu mengembangkan dirinya secara optimal.
Pengendalian emosi
ternyata merupakan kebutuhan siswa, hal ini berarti ada kesadaran pads diri
siswa sebagai usia remaja yang memiliki ciri mudah tersinggung dan
menge-tengahkan emosi dirasakan sebagai perilaku yang kurang baik. Sekolah
sering melupa¬kan bahwa para siswa memiliki kebutuhan sarana untuk menjalin
hubungan dengan se¬sama teman, dengan guru, dengan staf dan ternyata kafetaria
bukan sekedar untuk membeli makanan, tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai
tempat untuk sosialisasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proses
pendidikan di sekolah. ( c) pengembangan rasa tanggungjawab (responsibilities),
aspek ini tersebar pads kebutuhan akan bea siswa dan jenis bantuan lain serta
cars mendapatkan sebanyak 95%, dan 84% membutuhkan motivasi belajar lebih baik,
serta kebutuhan layanan bimbingan memperoleh harga diri sebanyak 81%. Disamping
itu sebanyak 76% menyatakan pengelolaan hasil ujian diolah oleh orang-orang
yang professional, dan siswa menyatakan dalam program perawatan sarana
prasarana belajar sebanyak 68% perlu melibatkan siswa, dan masih ada yang
menyatakan perlunya layanan informasi / penjelasan mengenai tata tertib, hak,
dan kewajiban sebagai siswa. Dalam diri siswa ternyata merasa bertanggungjawab
dalam merawat sarana dan prasarana belajar, namun selama ini dalam program
layanan bimbingan tidak pernah melibatkan para siswa. Disadari atau tidak
disadari justru siswa sangat urgen dalam program layanan bimingan, karena secara
realita apabila ada ke¬rusakan fasilitas belajar yang selalu disalahkan dan
dikalahkan oleh guru adalah siswa (Rake Joni, 1988).Dengan
teridentifikasi kebutuhan siswa dalam pengawasan akan lebih efektif apabila
program layanan benar-benar mendasarkan pads kebutuhan para siswa, maka layanan
bimbingan konseling di sekolah akan dapat membantu siswa sesuai dengan
perkem¬bangannya, sehingga siswa dapat berkembang secara optimal. Siswa sebagai
manusia memiliki kebutuhan akan harga diri, aspek ini muncul sebagai kebutuhan
yang dinyata¬kan oleh para siswa didorong oleh perlakuan yang sering muncul
siswa kurang dihargai sebagai manusia, tetapi sebagai siswa yang kedudukan
sebagai obyek. Siswa sangat membutuhkan motivasi belajar yang lebih baik, hal
ini sewajarnya direspon oleh sekolah khususnya pads layanan bimbingan dan
konseling. Motivasi merupakan suatu dorongan pads diri seseorang melakukan
sesuatu, orang yang memiliki needs achievement yang tinggi maka akan memperoleh
hasil yang optimal, termasuk dalam belajar. Hasil belajar yang dinilai oleh
orang-orang sesuai dengan profesinya akan menjadi motivasi bagi siswa, sebab
hasilnya pasti dapat dipertanggungjawabkan. Siswa meskipun memperoleh hasil
yang kurang memuaskan, namun siswa akan dapat menerima hasil tersebut de¬ngan
rasa puas.
Identifikasi Kebutuhan Pengembangan….(Giyono) 79Ketiga, kebutuhan
untuk bimbingan karir. Berkenaan kebutuhan untuk layanan bimbing¬an karir
secara umum dapat diidentifikasi dan dikeiompokkan menjadi tiga, (1) layanan
informasi karir (career information service), (2) perencanaan karir (career
planning), dan (3) membuat keputusan ktirir (career decicion making). Ke tiga
hal ini termasuk kebutuh¬an tingkat tinggi (55% – 91%). Secara rinci dapat
diurai sebagai berikut; (1) layanan in¬formasi karir pads kategori tinggi
adalah (a) informasi mengenai pendidikan lanjutan 91%, (b) informasi mengenai
perkembangan kebutuhan tenaga kerja mencapai 84%,
(c) informasi mengenai arch ketenagaan kerja yang dikembangkan sebanyak 79%,
(d) sebanyak 55% membutuhkan informasi mengenai upaya berwira usaha; (2)
layan¬an yang menyangkut pads kelompok perencanaan kerja dalam kategori tinggi
adalah (a) penjelasan mengenai tata cara melamar suatu pekerjaan dan
persyaratan suatu jenis pekerjaan sebanyak 92%, (b) penjelasan cara menjalin
hubungan balk dengan alumi yang sudah bekerja mencapai 91%, (c) sebanyak 90%
membutuhkan kesempatan untuk karyawisata di tempat-tempat home industri, (d)
sebanyak 59% siswa menyatakan perlu¬nya menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak
perusahaan berkaitan dengan kelanjutan studi kesempatan bekerja; (3) layanan
yang termasuk kelompok pengambil¬an keputusan dalam kategori tinggi adalah, (a)
penjelasan cara menetapkan untuk me¬ngambil keputusan sebanyak 81%, (b)
penjelasan cara memilih alternatif pilihan pe¬kerjaan sebanyak 80%, (c) cara
mengembangkan rasa percaya din dalam memecah¬kan masalah 90%.KESIMPULAN DAN
SARANKesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Ada tiga kebutuhan
secara makro yang diharapkan oleh siswa dalam program layanan dan bimbingan di
sekolah, yaitu (1) layanan bimbingan belajar (2) bimbingan pribadi, dan (3)
bimbingan karirLayanan bimbingan
belajar mencakup (a) sarana prasarana !ayanar, bimbingan dan konseling yang
memadai, (b) informasi mengenai perarian dan fungsi bimbingan dan konseling di
sekolah, (c) kesempatan mengembangkan kreativitas balk secara pero¬rangan
maupun secara kelompok (d) penjelasan mengenai struktur organisasi layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, (e) informasi mengenai kegiatan ekstra
kunkuler dan kegiatan belajar kelompok/bimbingan kelompok (d) bimbingan cara
belajar efektif, (e) informasi tentang kurikulu, (f) penjelasan peralatan
laborat, (g) perlunya penjelasan mengenai penggunaan fasilitas yang dimiliki
oleh sekolah daiam upaya meningkatkan belajar yang lebih efektif. (h) perlunya
petugas layanan bimbingan dan konseling yang professional, (i) diperlukan
keiklasan dan keseriusan guru dalam membimbing siswa balk pads waktu di kelas
maupun di luar, 0) pengawasan secara intensif bagi seiidruh siswa pads saat
belajar di dalam kelas maupun pads waktu istirahat, dan sebagian besar, (k)
perlunya adanya informasi yang sama yang disampaikan kepada siswa,Layanan bimbingan
pribadi mencakup (a) pemahaman dan penerimazin din termasuk kategori tinggi yaitu
pemahaman terhadap minat, bakat, dan kemampuan dinnya dan
78 JPP, Volume 4
Nomor 1, Maret 2006,1-100 mengenai sifat pribadi, (b) bimbingan pengendalian diri dan emosional,
(c) pemahaman dan penerimaan lingkungan, (d) pemahaman orang tua terhadap
program pendidikan di SMU, (e) kesempatan menjalin persahabatan dengan sekolah
lain, (f) pemahaman cara meningkatkan perasaan akrab’ dengan teman, guru, dan
karyawan. (g) memerlukan dorongan keberanian bertanya baik, (h) memerlukan
tempat dan kesempatan berteman dengan teman-teman dan kafetaria yang memadai,
(i) kebutuhan akan bea siswa dan jenis bantuan lain serta cara mendapatkannya,
0) membutuhkan motivasi belajar lebih baik, (k) kebutuhan layanan bimbingan
memperoleh harga diri, (1) perlunya pengelolaan basil ujian diolah oleh orang
yang professional, (m) siswa menyatakan dalam program perawatan sarana
prasarana belajar perlu melibatkan siswa dan perlunya layanan
in¬formasi/penjelasan mengenai tata tertib, hak, dan kewajiban sebagai siswa.
Kebutuhan layanan
untuk bimbingan karir. Berkenaan kebutuhan untuk layanan bimbingan karir secara
umum dapat diidentifikasi dan dikelompok kan menjadi tiga, yaitu (1) layanan
informasi karir (career information service), (2) perencanaan karir (career
planning), dan (3) membuat keputusan karir (career decicion making). Ke tiga
hal ini termasuk kebutuhan tingkat tinggi (1) layanan informasi karir pads
kategori tinggi adalah (a) informasi mengenai pendidikan lanjutan, (b)
informasi mengenai perkembangan ke¬butuhan tenaga kerja, (c) informasi mengenai
arch ketenagaan kerja yang dikembangk¬an, (d) informasi mengenai upaya berwira
usaha; (2) layanan yang menyangkut pads ke¬lompok perencanaan kerja dalam
kategori tinggi adalah (a) penjelasan mengenai tata cara melamar suatu
pekerjaan dan persyaratan suatu jenis pekerjaan, (b) penjelasan cara menjalin
hubungan baik dengan alumi yang sudah bekerja, (c) informasi tentang kesempatan
untuk karyawisata di tempat-tempat home industri, (d) perlunya menjalin
hubungan kerjasama dengan pihak-pihak perusahaan berkaitan dengan kelanjutan
studi dan kesempatan bekerja; (3) layanan yang termasuk kelompok pengambilan
keputusan dalam kategori tinggi adalah, (a) penjelasan cara menetapkan untuk
mengambil keputus¬an, (b) penjelasan cara memilih alternatif pilihan pekerjaan,
(c) cara-cara mengembang¬kan rasa percaya din dalam memecahkan masalah .
Saran
Berdasar
kesimpulan di atas maka dapat disarankan kepada beberapa pihak adalah sebagai
berikut; Kepala sekolaha. Hendaknya
memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana layanan bimbingan dan konseling di
sekolah yang dipimpinnya yang representatif.b. Hendaknya
melakukan pengawasan secara intensifterhadap penyusunan layanan program bimbingan dan
konseling. Guru Pembimbinga. Hendaknya dalam menyusun program layanan bimbingan dan konseling
benar-benar didasarkan pads kebutuhan siswab Hendaknya dalam program layanan bimbingan dan konseling melibatkan
berbagai pihak yang dapat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh siswa.
Guru Matapelajaran Hendaknya membantu mensosialisaikan program layanan bimbingan dan
konseling di sekolah kepada pars siswanya
DAFTAR RUJUKAN.Aiha, C.A. dan
Bradley, R. W 1984. Assessment of secondary school student needs in Kwara State
Nigeria International-, Journal For The Advancement of Counseling. (7);
149-157.
Ardhana, W 1992. Sistem pendidikan nasional: Realisasi permasalahan dan
pemecahannya, Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan I11cli Ujung Pandang,
4 7 Maret.
Buchori, M. 2001. Dari Guidance dan Counseling ke Bimbingan dan Penyuluhan
Pendidikan, Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume IV No 7 Mei. Bandung:
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).Goldman, L. 1978.
Research methods for counselor. New York: John Wiley and Son, Inc.
Goldman, L. 1992 Qualitative Assessment: An approach for counselor. Journal of
Counseling and Development, May-June (70): 616-621.Grsbers, N. C.,
Hughey, K. F , Starr, M. Lapan, R. T 1992. Improving School Guidance Program,
A. frame work for program, personnel, and result evaluation Journal of
Counseling and Development, May June (70) 565 – 570.Gysbers, N , C.
& Henderson P 1988 Development and managing your school guidance program,
Virginia AACDHeppner, P. P,
& Johnstone, J A 1984 New Horison in Counseling, faculty Development,
Journal of Counseling and Development, May June, (72) 451 – 453.India Djati. 2003.
Menuju masyarakat belajar- Menggagas paradigms barn pendidikan Jakarta:
Paramadina. Kartadinata, S.
2001. Reaktualisasi Paradigma Bimbingan dan Konseling dan Profesionalisasi
Konselor, Jumal Bimbingan dan Konseling, Volume IV No 7 Mei, Bandung: Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) 3-17.Malik Fajar dalam
lbtisam Abu-Duhou. 2003 School Based Management, Jakarta. PT Logos Wacana Ilmu. Nurcholis, M dalam
India Djati. 2003. Menuju Masyarakat Belajar.-Menggagas Paradigma
Baru Pendidikan. Jakarta- Kerjasama Paramadina dengan Logos \Abcana Ilmu.Parayitno. 2000
Bimbingan dan konseling penegak dirnensi-dimensi pendidikan, IPBI, Suara
Perribirribing. No 5 Th III Januari-Juni, 28-50.Pietrofessa, J.
J., Bernstein, B!, Minor, J. A & Stanford, S 1980. Guidance introduction.
Chicago: Rand Mc Nally Collage Publising Comp. Rake Joni. 1998. Beberapa
permasalahan dalam penilaian prestasi belajar, Malang: Kuliah umum, pasca
sarjana IKIP Malang. tidak diterbitkan.Shertzer, B.,
& Stone, B. C., 1981. Fundamentals of Guidance. Boston: Hougton Mifflin
Company.
Surya, M. 2000. Tres konseling dalam era refcrmasi pendidikan IPBI, Suara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar