Powered By Blogger

Jumat, 08 November 2013

MAKALAH SIKAP


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Bersikap lemah lembut dan saling memaafkan merupakan sikap yang sangat dianjurkan dalam Al-Qur’an. Hal itu menunjukkan bahwa Islam mengajarkan tentang sikap lemah lembut dan memaafkan bukan kekerasan seperti yang dituduhkan oleh umat agama lain yang sangat sentiment terhadap Islam. Dengan melihat bebrapa bukti ajaran tentang sikap lembut yang ada dalam al Quran (kitab suci Islam), maka tuduhan mereka salah besar. Karena bagaimanapun di dalam al Quran sudah jelas-jelas Allah menganjurkan bahkan mewajibkan semua manusia khususnya umat Islam untuk senantiasa bersikap lembut dan bersedia memaafkan kesalahan orang lain, baik orang melakukan kesalahan melalui ucapan ataupun perbuatan.Itulah anjuran Allah dalam al Qur’an.

            Berbeda dengan realitas social yang ada pada masyarakat muslim sendiri, walaupun Allah telah dengan jelas mengajurkan keutamaan sikap lemah lembut dan saling memaafkan, tetapi meraka masih enggan mengaplikasikan isi al Qur’an tersebut. Kebanyakan mereka masih tidak mau lepas dari tabiat dasar kemanusiaan yang sangat keras ketika berada pada titik emosi yang tidak terkendali. Bahkan tidak jarang di antara mereka berseteru dan menuai konflik yang berkepanjangan karena hal sepele yang akhirnya mengakibatkan pecahnya persaudaraan dalam internal Islam sendiri.Hal itu sering terjadi karena mereka tidak sadar bahwa al Quran telah menjelaskan tentang pentingnya bersikap lemah lembut dan saling memaafkan.

Sikap lemah lembut sebenarnya tidak hanya dianjurkan kepada saudara seiman saja tapi juga kepada semua orang termasuk juga pemeluk agama lain dan orang-orang yang talah berbuat jelek kepada kita.Selain secara tekstual Islam mengajarkan tentang sikap lemah lembut dan saling memaafkan, Islam juga memberikan contoh konkrit melaui sikap dan perilaku nabi Muhammad s.a.w, ketika beliau disakiti dan mendapatkan berbagai macam perlakuan jelek dari kaum kafir Quraish saat awal-awal beliau mensyiarkan Islam.

Rumusan masalah
1.      Apa perngertian dari sikap.
2.      Komponen – komponen yang ada dalam sikap.
3.      Apa sajakah tingkatan dalam sikap.
4.      Mengetahui macam- macam dan ciri – ciri sikap.
5.      Cara – cara pengukuran dalam sikap.
6.      Apa sajakah factor – factor dalam sikap.

Tujuan penulisan
  1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari sikap dan komponen – komponen yang ada dalam sikap.
  2. Agar pembaca dapat mengetahui tingkatan, macam dan cirri – cirri sikap.
3.      Agar pembaca dapat mengetahui cara pengukuran dan factor apa sajakah yang terdapat dalam sikap.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. (Petty, cocopio, 1986 dalam Azwar S., 2000 : 6). Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997 : 130). Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto, 1998 : 62).
Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif  (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.
Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
B.     Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar S., 2000 : 23):

1) Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.


C.    Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmojo,1996 : 132):

1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).


2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

D.    Macam - macam Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 1998 : 63):

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.






E.     Ciri – Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63):

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimiliki orang.

F.     Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.


Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).

G.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2005).


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan




DAFTAR PUSTAKA
  • Moch. Thohir ‘Aruf.2010.Tafsir Sosial Kemasyarakatan. Surabaya:Gena Pratama Pusta
  • Shihab, M. Quraish.2007. Tafsir Al Mishbah.Jakarta:Penerbit Lentera Hati
  • Quthb, Sayyid.2002.Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.Terj. As’ad Yasin.Jakarta: Gema Ihsani Press.


MAKALAH PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

BAB II
PEMBAHASAN

Makna dan pengertian bimbingan dan konseling social
    A.    Pengertian bimbingan

Istilah bimbingan daalam kamus bahasa inggris guidance dikaitkan dengan kata asal guide,yang diartikan sebagai berikut:menunjukan jalan (showing the way):memimpin ( leading):menuntun (conduction):memberikan petunjuk (giving instruction):mengatur (regulating):mengarahkan (governing):memberi  nasehat (giving advice)
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing terhadap individu yang mengalami problem agar sitembimbing mempunyai kemampuan untuk memecahkan problemnya sendiri dan akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidupnya baik dalam kehidupan individu maupun sosialnya (Achmad Badawi 1973)
Bimbingan adalah tuntutan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan kesulitan dalam kehidupannya agar individu atau sekelompok individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (bimowalgito 1980).
Untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan dibawah ini dikemukakan huruf huruf bimbingan yang dijadikan akronim sebagai unsure unsure pokok yang ada dalam usaha bimbingan (prayitno dan amti,e,2004:131)
B = bantuan, I = individu, M = mandiri, B = bahan, I = interaksi, N = nasehat,
G = gagasan, A = alat dan asuhan, N = norma








Kesimpulan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada seseorang atau beberapa orang individu ( konseli/klien) baik anak anak,remaja,orang dewasa,agar siterbimbing dapat mengentaskan permasalahan, dapat mengembangkan kemampuannya berdasarkan norma norma yang berlaku guna menentukan dan mengarahkan pertumbuhan individu dalam mewujudkan kemandirian diri,kebahagiaan dan kesejahteraan kehidupan yang akan memberikan sumbangan bagi masyarakat.


   B.     Pengertian konseling

Konseling secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa latin yaitu (consilium) yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami” sedangkan dalam bahasa anglosayon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dialami oleh klien (prayitno dan erman anti 1999)

Untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum konseling dibawah ini dikemukakan huruf huruf konseling yang dijadikan akronim sebagai unsure unsure pokok yang ada dalam usaha konseling (prayitno dan amti,e,2004:131)
K = kontak, O = orang, N = menangani, S = masalah, E = ekspert (ahli), L = laras,
I = integrasi, N = norma, G = guna




Kesimpulan

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara atau face to face konseling dan media lain (seperti : telepon,internet,dll) oleh seorang ahli ( konselor ) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien ) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli atau klien dalam memberikan bantuan menyesuaikan dirinya agar lebih efektif dilingkungannya dan dapat membantu membuat interprestasi tentang fakta fakta yang dibuatnya,berdasarkan norma norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi konseli atau klien.

   C.    Pengertian bimbingan dan konseling

Tujuan bimbingan dan konseling : untuk membantu memandirikan individu atau kelompok individu agar oleh pencerahan diri dari masalahnya ( intelektual,emosional,social,moral spiritual ) dan mengembangkan potensi potensi meraka secara optimal sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstertif dan mampu mencapai kehidupan yang bermakna ( produktif,kontributif) baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain ( masyarakat )

Kesimpulan

Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu atau kelompok ( klien ) baik anak anak,remaja,orang dewasa yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung agar individu atau kelompok terdebut mandiri dan berkembang potensinya secara optimal dalam hubungan pribadi social belajar,karir juga teratasinya masalah yang dihadapi melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi konseli atau klien .



   D.    fungsi bimbingan dn konseling

fungsi bimbingan dan konseling diantaranya yaitu : fungsi pemahaman , fungsi pencegahan (preventive ), fungsi pengembangan ( preservative ), fungsi penyembuhan /pengentasan ( curative ) fungsi penyaluran < fungsi adapsi , fungsi perbaikan ,fungsi fasilitas , fungsi pemeliharaan dan fungsi advokasi .
1.      fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya ( potensinya ) dan lingkungannya ( pendidikan , pekerjaan , dan norma agama ) .
2.      fungsi pencegahan ( preventive ) yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya , supaya tidak dialami oleh klien.
3.      Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainya . konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.
4.      Fungsi pengentasan/penyembuhan ( curative ) yaitu fungsi bimbingan dan konsrling yang bersifat kuratif. Fungsi nini berkaitan erat dalam upaya pemberian bantuan kepada yang telah mengalami masalah , baik menyangkut aspek pribadi social , belajar ,maupun karir.
5.      Fungsi penyaluran yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu kinseli memilih kegiatan extrakurikuler, jurusan/program studi, dan memantapkan penguasaan karir /jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan cirri-ciri kepribadian lainya .
6.      Fungsi adaptasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
7.      Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berhendak) .
8.      Fungsi fasilitas yaitu memberikan kemudahan kpada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan simbang seluruh aspek dalam diri klien.
9.      Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu klien supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang tercipta dalm dirinya.
10.  Fungsi advikasi ( stategi untuk mempengaruhi kebijakan apa yang diputuskan, siapa yang memutuskan dan bagaimana keputusan diambil).

   E.     Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Yaitu prinsip-prinsip yang berkaitan dengan ;
·         Sasaran layanan
·         Permasalahan individu
·         Program layanan
·         Tujuan dan pelaksanaan layanan

   F.     Asas bimbingan dan konseling
A.    Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan . pemenuhan atas asas-asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan manggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengabulkan hasil layanan kegiatan asas-asas itu adalah sebagai berikut ;
1.      Asas kerahasiaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta didik konseli/klien yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.
2.      Asas kesukarelaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang meng hendaki adanya kesukarelaan dan kerelaan konseli mengikuti atau menjalani layanan yang diperuntukan baginya.
3.      Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseling menjadi sasaran bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam keterangan tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari laur yang berguna bagi pengembangan dirinya.
4.      Asas kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan bimbingan.
5.      Asas kemandirian yaitu bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu ; konseli sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling dyharapkan menjadi individu yang mandiri dengan cirri-ciri mengenal dan menerima dirisendiri dan lingkungannya, mampi mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan dirisendiri sebagai mana telah diutarakan terdahulu.
6.      Asas kekinian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang .
7.      Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan ( konseli ) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju tidak monoton, dan terus nberkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.      Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan.
9.      Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan bimbingan konseling bedasarkan pada dan tidak boleh bertentengnan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada yaitu norma-norma agama, hokum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.
10.  Asas keahlian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegitan bimbingnan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional.
11.  Asas alih tangan yaitu asa bimbingan dan konseling yang menghendaki agar phak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli, mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

12.  Asas tuwuri handayani yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suanana yang mengayomi ( memberikan rasa aman ) ,mengmbangkan keteladanan, memberikan rangsangan, dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasmya kepada konseli untuk maju.

   G.    Paradigma bimbingan dan konseling
a.       bimbingan dan konseling merupakan pelayanan psiko-paedagobis dalam bingkai budaya Indonesia dan religious.
b.      Arah bimbingan dan konseling mengembangkan individu untuk mampu memenuhi tugas tugas perkembangan secara optimal.
c.       Membantu individu agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mengganggu dan menghambat perkembangannya.

   H.    Pengertian social

Istilah social berasal dari akar kata bahasa latin socius,yang artinya berkawan atau bermasyarakat dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat ( ensiklopedia bebas )
Social adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain baik secara nyata maupun hanya imajinasi.
Aristoteles ( filusuf yunani ) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk social karena hampir semua aspek kehidupan manusia berada dalam situasi social.
Pertama,berfikir social : apa yang kita pikirkan ketika kita menghadapi dosen yang arogan,suka marah,dan kelihatan sangar ? apa pula yang kita pikirkan ketika kita berhadapan dosen cantik,ramah,berwawasan luas,mempunyai komitmen,berdedikasi dan berakhlak mulia ?
Kedua,merasa dalam situasi social : sebagian besar situasi social melibatkan perasaan.
Ketiga,bertindak dalam situasi social : inilah langkah kongkrit yang bisa dilihat orang lain dalam situasi social.
Keempat, bentuk situasi social :
a.       Adanya kehadiran orang lain yang dapat diindra namun tanpa interaksi.
b.      Adanya kehadiran orang lain yang dapat diindra dan ada interaksi dengannya ( interaksi social )
c.       Adanya imajinasi akan adanya orang lain
d.      Adanya kehadiran orang lain melalui media tertentu yang kita ketahui dan kehadirannya mempengaruhi kita.
Berdasarkan sifat interaksi social dibedakan menjadi dua :
1.      Interaksi yang bersifat akrab ( pribadi ) : pada interaksi ini terdapat keakraban yang tinggi dan diikatkan erat pada pelakunya seperti hubungan anak dan orang tua yang saling menyayangi,hubungan suami istri,hubungan saudara.
2.      Interaksi tidak akrab ( non personal ) interaksi social terbesar pada manusia seperti ketika kita ngobrol dengan orang yang baru kita kenal,wawancara kerja,interaksi antara penjual dan pembeli.

Kesimpulan

Pengertian social adalah hal hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat serta dalam keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain baik secara nyata,namun juga hanya bisa berbentuk imajinasi.

I    .       Pengertian bimbingan dan konseling social

Pengertian bimbingan dan konseling social adalah pelayanan bantuan untuk seseorang baik individu atau kelompok dalam masyarakat agar berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi,social melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma norma yang berlaku,bimbingan dan konseling social adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi social atau hubungan insane (human relationship ) dan memecahkan masalah masalah social yang didalamnya ( Yusuf,2009:55 )

Kesimpulan
Proses pemberian bantuan oleh konselor untuk seseorang baik individu atau kelompok dalam masyarakat agar berkembang secara optimal dalam hubungan social melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi social atau hubungan insani ( human relationship) dan memecahkan masalah masalah social yang dialaminya atas dasar norma norma yang berlaku.


    J.      Ruang lingkup bimbingan dan konseling social.

Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting,baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah,rumah tangga ( keluarga ), maupun masyarakat pada umumnya.
1.      Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat,dalam kelembaggaan sekolah terdapat sejumlah bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.
2.      Pelayan bimbingan dan konseling diluar sekolah
a.       Bimbingan dan konseling keluarga.
Keluaga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat.
b.      Bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang lebih luas
Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi dilingkungan sekolah dan keluarga saja,melainkan juga diluar keduanya.

Maslah Sosial Dalam Masyarakat
A.    Pegertian masalah sosial

Masala sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur – unsur kebudayaan atau masyarakat yang membehayakan kehidupan keleompok sosial. Jika terjadi pemberontakan antara unsur – unsur yang ada dapat menimbukan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam hiduo sekelompok/masyarakat.
            Menurut Birenboumdan Sagarin
                        Masalah sosial ada atau muncul ketika masyarakat tertentu, atau paling tidak sebagian orang dalam komuniti tersebut merasa dipecah belah atau terancam, merasa terganggu dalam menjalankan aktivitas atau praktik – praktik kehidupan yang berlaku dalam masyarakat tersebut
            Menurut Rubington et al
                        Masalah sosial yaitu sebuah situasi yang diduga bahwa situasi tersebut tidak cocok atau bertentangan dari nilai – nilai sejumlah orang atau komuniti dan orang dari komuniti tersebut bahwa harus ada aksi yang dilakukan untuk merubah situasi tersebut.
            Menurut Nisbet
Bahwa perbedaan utama masalah sosial dan masalah yang lainnya dalah bahwa masalah sosial selalu terikat dengan nilai – nilai moral, pranata sosial dan terkait dengan konteks normatif dimana hubungan itu terjadi.





B.     Jenis Masalah Sosial Dalam Masyarakat

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor yakni atara lain :
1.      Faktor ekonomi : kemiskina, pengangguran, kuarangnya ketrampilan memebuka lapangan pekerjaan sendiri.
2.      Faktor budaya : perceraian, kenakalan remaja, pergaulan bebas, dunia malam,
3.      Faktor biologis : penyakit menular, keracunan makanan.
4.      Faktor psikologis : penyakit saraf, aliran sesat, kepribadian ganda,


C.    Metode Dalam Ilmu Sosial

Metode adalah cara jalan ke- atau dibelakangnya selalu ada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Metode dalam ilmu sosial diantaranya adalah :
1.      Metode kualitatif
Untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka – angka atau ukuran lain yang sifatnya eksata.
2.      Metode kuantitatif
Menyelidiki objek masyarakat yang dapat diukur dengan angka –angka sehingga dapat menggunakan skala indeks, tabel – tabel.
3.      Metode sosiometri
Menggunakan skala unutk mempelajari hubungan antar manusia dengan masyarakat.
4.      Metode induktif
Metode yang mempelajari gejala – gejala masyarakat yang bersifat khusus untuk mendapatkan kaidah – kaidah yang berlaku bersifat umum.

5.      Metode deduktif
Metode yang mempelajari yang sudah berlaku umum untuk mendapatkan pengertian yang bersifat khusus.
6.      Metode empiris
Metode yang dipergunakan dengan mengadakan penelitian mengenai gejala – gejala yang nyata dalam masyarakat.
7.      Metode rasionalis
Metode yang menggunakan pemikiran yang sehat atau logika untuk mencapai pengertian penting masalah – masalah kemasyarakatan.
8.      Metode fungsionalisme
Metode yang bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga – lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial di dalam masyarakat.